Abang, Romantis Itu Apa?
Perempuan muda itu nampak sedikit lebih sibuk di akhir pekan ini yang kata orang-orang adalah long weekend. Ya, perempuan muda itu akan sibuk memilih dan memilah baju yang akan ia kenakan untuk menyambut seorang laki-laki yang hampir enam bulan ini ia panggil Abang. Tak hanya itu, perempuan muda itu akan tambah sibuk memakai topeng seperti tepung di wajahnya selama beberapa menit. Berharap penyambutan yang sempurna.
Tiba di hari yang di nanti maka perempuan muda itu tak mudah untuk move on dari HP ungu mungilnya. Berkali-kali mengirim pesan pada Abang, untuk bertanya jam berapa berangkat, posisi di mana, bla..bla..bla… sampai pertanyaan sampai Jogja jam berapa.
“Aku sampai Jogja jam 3 pagi.” begitu pesan Abang yang mampir di HP-nya.
Pesan itu memiliki kekuatan ajaib yang membuat perempuan muda itu kian sibuk dan bungah. Membayangkan senyum Abang di awal harinya. Seakan semua penjuru kota mendengar teriakannya “I am coming Abaaaaaaaaang.” Pukul menunjukkan 05.30, dia bergegas menuju stasiun kota Jogja. Menunggu di depan pintu utara sambil sibuk memainkan HP-nya.
“Abang, aku udah di stasiun. Abang di mana?” sambil tengok kanan kiri mencari laki-laki yang menjadi life partner-nya.
“Masih ngopi di cafe shop, udah terlanjur pesen.”
Abaaaaaaaaaaang -_-
***
Mungkin, bagi sebagian besar orang yang telah menikah kemudian menjalani commuter marriage bukanlah hal yang mudah termasuk untukku yang menjalaninya demi menjemput takdir yang lain. Abang menitipkan mimpi-mimpi yang besar padaku dan mimpiku selama ini adalah mimpi Abang juga. Banyak yang tak percaya. Banyak juga yang tak menyangka bagaimana bisa kami memutuskan menjalaninya. Kenapa aku tak langsung ikut Abang, mendampinginya, menjalankan tugasku sebagai full wife, lalu bersiap menyambut kakak kecil, lalu jadi ibu seperti orang-orang? Kata Abang, yang namanya investasi pasti susah di awal, begitu juga dengan investasi ilmu. Itu kata-kata ajaib yang membuatku kuat.
Aku selalu iri melihat orang bergegas malam mingguan dengan pacar-pacarnya apa lagi di kos tiap malam minggu selalu sepi. Jika sudah bosan baca buku, corat-coret kertas, nempel pernak-pernik di dinding, bosan belajar menyulam maka sms dan berharap ngobrol dengan Abang adalah hal yang mengasyikkan.
“Abang ngapain?”
1 menit berlalu. 3 menit berlalu. 5 menit berlalu, dan…
“Abaaaaaaaaaaaaaaang….”
“Nge-game”
Weekend selanjutnya, kali spesial karena Abang lebih dulu mengirim pesan.
“Udah baca The Jacatra Secret?”
“Belum” jawabku. “Ceritanya gimana Bang?”
“Besok baca sendiri”
“Abang, aku tanya gitu biar ada obrolan. Kalau kaya gini, habislah sudah bahan obrolan.”
Weekend selanjutnya,
“Abang kapan terakhir menelponku?”
“Lupa”
“Mbak kosku aja, tiap hari ketemu masih sempat ditelpon pacarnya tuh. Masa kita udah nikah, udah sah pacaran, Abang nggak nelpon-nelpon sih…”
“Lebay”
“Besok telpon aku ya…” kirim pesan berharap dengan sangat.
Keesokan paginya, pukul 5 berlalu, pukul 6 berlalu, pukul 7 berlalu, pukul 8 berlalu, pukul 9 berlalu.
“Berharap HP-ku bunyi, akhirnya harus move on dr HP. Abang jaga hati, jaga diri, dan jaga kesehatan ya… “
***
Suatu malam saat berkumpul dengan penghuni kos, ada pesan masuk di HP Mbak kos dengan pesan panggilan sayang dari pacarnya. Aku pun ke kamar, mengambil HP dan mengirim pesan.
“Abang, Mbak kosku manggil pake sayang-sayang sama pacarnya. Kita gitu ya…”
“:-p”
“Nggak romantis”
Hari-hari berikutnya dengan obrolan via WA ataupun sms,
“Abang, kalau bilang apa-apa dikasih buntut “Yang” atau “Dek” gt loh. Biar romantis.”
Tanpa respon dan pesan terkirim begitu saja hingga kami menjalani commuter marriage hampir 6 bulan.
***
“Abaaaaaang” perempuan muda itu sedikit berteriak sambil melambaikan tangan. Berharap Abang melakukan hal yang serupa tapi yang terjadi justru Abang tetap diam dan bersikap cool menghampirinya.
“Gandeng tanganku” pintanya
Lalu keduanya bergegas menuju tempat makan yang menjual Gudeg dan menikmatinya di depan rektorat kampus biru, di sebuah kursi yang menghadap hutan mini yang dihiasi pohon-pohon tinggi berhias sarang burung di setiap ujung dahannya. Menikmati sarapan di antara hangat matahari yang mulai meninggi. Di sela-sela kunyahannya, perempuan muda itu bertanya,
“Abang, romantis itu apa?”
“Romantis adalah ketidakromantisan itu sendiri.”
Sambil menguyah, perempuan muda itu terus berfikir dan mengingat lalu tersenyum, “Iya ya, tidak romantis adalah romantis itu sendiri. Abang banget.” ๐
hihi.. wanita banget dan laki-laki banget
iya Mbak ๐
kenapa dikasih tag cerpen?? ini mah bukan cerpen, tapi curcol, kaaaaa…. hehehehe
Pengennya ini jadi cerpen, Mbak… ๐
Em, iya, ini .. adalah cerpen aja deh, mba .. ahaha
Kalo flash fiction itu bener-bener sekilas selesai dibaca dan seringnya susah dipahami isinya, kayak sastra-sastra lama itu. Susahh! Tapi indahh!
Kalo kemarin yang kubuat itu kan masih cukup gamblang ceritanya, haha
Biasanya yang sering kutemui itu ada kejutan di bagian akhir gitu, mba
okeee, saran yang baguuus…
tapi aku jadi penasaran pengen bisa bikin FF…hoho