Ruang Tumbuh & Bersenang-Senang

Upaya Mewujudkan Ketahanan Pangan ala Blogger

4
pangan2
Hamparan sawah di tanah surga katanya. Lokasi: Bungur Paron Ngawi.

Bicara tentang pangan, menurut saya sudah bukan menjadi hal yang asing lagi. Seperti kita tahu, pangan adalah salah satu dari tiga elemen bahan pokok selain sandang dan papan yang pemenuhannya berada di level penting sebagai inti kehidupan secara fisik. Pangan yang terdengar simpel dan terlihat sederhana di depan mata kita ternyata menyimpan permasalahan yang rumit dan meminta jalan keluar dari berbagai pihak.

Indonesia yang dalam sebuah lagu bak kolam susu yang mampu menghidupi siapa saja yang hidup dalam naungannya ternyata masih memiliki pekerjaan rumah yang besar untuk mengatasi kemiskinan dan kelaparan karena krisis pangan. Indonesia memiliki lahan pertanian yang luas dan subur. Koes Plus menggambarkan dalam baris lagunya bahwa orang bilang tanah kita, tanah surga tongkat kayu dan bambu jadi tanaman. Ya, betapa Indonesia telah memiliki anugerah besar berupa lahan pertanian yang luas, yang secara tidak langsung seharusnya tak ada kelaparan maupun krisis pangan di negeri gemah ripah loh jinawi ini.

Di sisi lain, sektor pertanian yang semestinya menjadi tulang punggung untuk mengatasi permasalahan kemiskinan dan kelaparan justru menurun. Badan Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk miskin Indonesia pada tahun 2013 mencapai 28.070.000 jiwa. Dari jumlah tersebut, 17.740.000 jiwa adalah penduduk desa yang mayoritas adalah petani. Selain itu, keragaman genetika juga semakin terancam ketika benih menjadi komoditi ekonomi yang dikuasai oleh industri.

Mengenal Lebih Dekat Pertanian Berkelanjutan dan Permasalahannya

Hari Minggu lalu (30/10) saya berkesempatan mengikuti sebuah seminar yang diinisiasi oleh Forum Alumni Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (FAA PPMI) dengan tajuk “Memajukan Pertanian Berkelanjutan untuk Wujudkan Hak Atas Pangan” dengan mengangkat sejumlah isu krusial tentang pertanian berkelanjutan dan pemenuhan hak atas pangan. Dalam seminar tersebut menghadirkan narasumber berkompeten di antaranya pemerhati isu pangan, pemerintah, dan NGO diskusi publik kali ini terasa istimewa karena hadir artis Dea Ananda yang turut menjadi pembicara.

Tjuk Eko Hari Basuki dari Kementrian Pertanian mengawali presentasi tentang konsep pertanian berkelanjutan dengan kearifan lokal. “Pertanian sebaiknya jangan disempitkan artinya sebatas produksi pangan, tapi merupakan kehidupan itu sendiri,” tuturnya. Menurut Tjuk, sistem pertanian di Indonesia sebenarnya sangat dekat dengan nilai-nilai kearifan lokal setiap daerah yang dianut dan dijalankan oleh masyarakat. Misalnya pertanian di Jawa mengenal istilah pranoto mongso sebagai metode pertanian berkelanjutan dengan tetap menjaga keseimbangan jejaring pangan. Menurutnya, melalui pranoto mongso petani bisa mengetahui dan memprediksikan pola bercocok tanam yang tepat di masa-masa krisis.

Dalam sebuah sistem pertanian, selain mengenal metode pertanian berkelanjutan dengan kearifan lokal, kita juga perlu mengenal bagaimana peranan perempuan dalam praktik pertanian berkelanjutan. Menurut Direktur Keadilan Ekonomi Oxfam Indonesia Dini Widiastuti menjelaskan bahwa perempuan seharusnya terus dilibatkan dalam mekanisme produksi pangan, berperan aktif melaksanakan pertanian bekelanjutan. Misalnya, sifat perempuan yang lebih telaten bisa dimanfaatkan untuk memilah dan memilih bijih benih terbaik. Selain itu, peranan perempuan dalam hal pengolahan pangan lokal memiliki peranan yang juga tak kalah penting hingga ketercukupan gizi dari setiap aktifitas dapur rumah masing-masing setiap harinya.

Perencana Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian PPN (Bappenas) Noor Avianto memberikan pandangan tentang kebijakan produksi lima tahun ke depan dan kondisi saat ini terhadap konsumsi pangan. Terkait pangan dan pertanian berkelanjutan, pemerintah akan meningkatkan tanaman pangan padi mencapai surplus beras. Memfokuskan jagung untuk memenuhi keragaman pangan lokal, mengamankan kecukupan kebutuhan kedelai untuk konsumsi produsen tahu dan tempe. Selain itu pemerintah akan memfokuskan pemenuhan konsumsi rumah tangga terkait gula, daging sapi dan garam. Selain itu, ada beberapa faktor yang memengaruhi kondisi saat ini terhadap konsumsi pangan di antaranya kemiskinan, jumlah penduduk Indonesia, keberagaman konsumsi pangan, dan gizi.

Segala sesuatu di dunia ini, saya pikir pasti memiliki trendnya sendiri-sendiri begitu juga dengan pangan yang biasanya kita kenal dengan trend pangan global yang gencar dibawa ke ranah publik. Dalam kesempatan ini, Khudori sebagai pengamat pangan dan pertanian yang merupakan anggota FAA PPMI menyebutkan sejumlah kecenderungan tentang tren pangan global. Misalnya telah terjadi reduksi keanekaragaman hayati, saat ini petani kian tergantung pada paket teknologi, benih, pupuk, pestisida, dari luar negeri.

Sebagai penutup seminar memperinagti Hari Pangan, Pelantun lagu anak-anak di era 90-an itu menyampaikan pandangan tentang pentingnya mempromosikan pangan lokal di dunia internasional seperti Korea dan Jepang yang mampu menjadikan produk pangan lokal mereka sebagai konsumsi masyarakat di negara lain. Indonesia yang kaya akan keberagaman tanaman pangan seharusnya bisa lebih baik dari Korea dan Jepang. Selain itu menurut Dea yang mengaku sedari kecil terbiasa mengkonsumsi makanan sehat, organik dan sesuai porsi yang berdampak positif bagi kelangsungan kesehatan tubuh. Sebelum mengakhirinya, Dea pun mengingatkan pada kita pada lagu Dudidam yang di era 90an dinyanyikan oleh Enno Lerian bahwa sebenarnya secara tidak langsung sedari kita kecil, kita sudah dikenalkan dengan produk makanan lokal dari kekayaan negeri kita sendiri dan dari dapur rumah kita sendiri.

Upaya Mewujudkan Ketahanan Pangan

Segala macam permasalahan saya pikir pastilah memiliki solusi melalui upaya-upaya yang terus diusahakan, termasuk upaya mewujudkan ketahanan pangan. Seperti halnya, pemerintah mengembangkan pertanian berbasis ekoregion yang menggunakan pendekatan sesuai kondisi dan kebutuhan region sekaligus menerapkan nilai-nilai kearifan lokal, bukan pendekatan komoditas. Elite daerah seharusnya menganggap isu tentang ketahanan pangan ini penting.

Dalam peningkatan hasil pertanian, sebenarnya pemerintah telah berperan dengan memberikan bantuan berupa alat pertanian. Namun, di sisi lain harga pupuk dan harga beli terhadap hasil pertanian pada para petani masih belum memadai. Hasil panen harus diputar untuk membeli pupuk serta biaya untuk pengairan yang cukup tinggi. Ke depannya, semoga harga untuk hasil panen para petani bisa lebih baik lagi.

Upaya yang baru-baru ini digalakkan untuk mewujudkan ketahanan pangan adalah dengan regenerasi para petani muda melalui Petani Muda Award. Tujuannya adalah agar ada yang menjadi tonggak estafet dari para petani senior pada petani muda dalam mendukung dan mewujudkan ketahanan pangan bagi Indonesia.

pangan1
cinta buah dan sayur (pangan) lokal

Nah, sebagai blogger tentunya kita juga memiliki peran untuk mendukung program yang mulia ini dalam mewujudkan ketahanan pangan. Para blogger bisa menjadi trend setter untuk memperkenalkan aneka macam hasil (olahan) pangan lokal melalui tulisan, melakukan pendekatan melalui aktifitas di dunia maya untuk mengurangi foodwaste serta ajakan untuk bisa lebih menghargai makanan yang ada di hadapan kita. Bukan sekedar menghargai makanannya tetapi lebih pada menghargai proses lika-liku bagaimana makanan itu bisa tersaji di atas piring kita. Tak bisa dipungkiri bahwa sekarang ini dengan kemajuan teknologi yang tak terbendung, kekuatan media sosial akan sangat membantu mengampanyekan upaya-upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan kekuatan media sosial, para blogger bisa berperan sebagai role model dalam pola konsumsi  aneka (olahan) pangan lokal dan menguraikan kandungan gizi yang ada di dalamnya serta menanamkan rasa cinta pada ragam hasil olahan pangan lokal yang tak kalah dengan makanan olahan  luar negeri yang dianggap kekinian.

Seperti yang telah disampaikan oleh Mas Agung Sedayu sebagai koordinator presidium PPMI bahwa program pertanian berkelanjutan merupakan tanggung jawab bersama yang harus menjadi perhatian dari semua pihak. Tentunya dengan kapasitas dan masing-masing peranan.

Jadi, mari kita upayakan usaha terbaik kita untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia.

4 Comments
  1. irma says

    Setuju. Makasih informasinya mba cindy

    1. cindiriy says

      iya, sama-sama Mbak, semoga bermanfaat 🙂

  2. Ciani says

    Eh, desa saya paron-ngawi hlo mbak, hhee

    1. cindiriy says

      eh, iya ya? tetanggaan dong kita.. 🙂

Leave A Reply

Your email address will not be published.