Bagaimana Mendidik Anak Lewat Marah?
Judul: Marah Yang Bijak, Panduan Islami Menjadi Orang Tua Bijak
Penulis: Bunda Wening
Penerbit: Tinta Media, Tiga Serangkai
TahunTerbit: 2013
Cetakan: Kedua November 2016
Editor: Fiedha ‘L Hasiem
“Jika marah dianggap wujud rasa sayang maka anak pun akan belajar menyayangi dengan marah pula.” –Bunda Wening-
Bagi saya, pertama kali membaca judul buku “Marah Yang Bijak” di sebuah akun Facebook yang sedang Open Order, tanpa pikir panjang saya pun langsung memesannya karena penasaran dengan pembahasan dalam buku. Lebih-lebih saat menyadari buku ini ditulis pleh Bunda Wening. Udah deh tanpa hitung-hitungan lagi.
Marah dan Tujuan Marah
Bunda Wening memaparkan bahwa kebanyakan dari para ayah bunda sudah tahu bahwa marah tanpa terkendali terhadap anak sebagai respon atau perilaku anak, justru akan memberikan dampak buruk pada anak secara psikologis, baik saat-saat sekarang maupun kelak ketika anak mulai beranjak ABG. Biasanya setelah kemarahan terhadap anak mereda akan ada rasa tidak nyaman yang hinggap di benak kita sebagai orang tua bahkan rasa penyesalan yang mendalam. Dalam buku ini Bunda Wening menjelaskan tentang sikap dan perilaku marah secara jelas dan detail dengan bahasa yang ringan disertai kisah pengalaman yang bisa memudahkan kita mencerna dan memahami dengan baik. Jadi jangan khawatir tertinggal satu informasi karena belum memahami apa yang sudah dijelaskan dalam buku ini.
Bunda Wening berpesan bahwa emosi marah merupakan salah satu anugerah yang diberikan Allah kepada setiap manusia tanpa terkecuali, termasuk para orangtua bahkan anak sekalipun. Di sisi lain, kita juga seharusnya mengerti bahwa marah memerlukan strategi agar tetap bijak dengan mengerti sepenuhnya tujuan dari marah tersebut. Nah, dalam buku “Marah Yang Bijak” ini semakin asik karena dilengkapi dengan lembar hasil assessment sebagai contoh pembahasan tentang tujuan marah.
Pemicu Marah
“Jika selalu ada alasan untuk marah, berarti juga selalu ada alasan untuk tidak marah.” –anomous-
Adapun di bab selanjutnya, dalam buku ini Bunda Wening mengajak kita untuk tahu tentang pemicu marah. Marah kan nggak datang tiba-tiba kan ya? Pasti ada pemicu, seperti kayu bakar kering tidak akan terbakar tanpa sebab bukan? Kesempatan kali ini, Bunda Wening memaparkan empat pemicu kemarahan di antaranya,
- Lelah fisik dan mental
- Don’t be panic, Mom, calm down!
- Tiadak siap dan terbiasa dengan perbedaan
- Menggunakan standar orang tua untuk anak
Dalam bab ini hal yang menarik dari pesan Bunda Wening adalah ketika marah lebih sering dilakukan oleh bunda, dibutuhkan ‘kepekaan’ para ayah untuk mau berbagi ‘lelah’ dengan para bunda. Ingat ya para (calon) ayah! *hoho. Selain itu para bunda berhak secara rutin mendapatkan ‘Hari Tanpa Anak’ sebagai recharge mental. Misalnya, jalan-jalan, ke salon, dan sebagai.
Dampak Marah
Segala hal yang terjadi tentu saja ada sebab akibatnya, termasuk marah juga memiliki dampak. Dampak yang muncul dapat dilihat dari sisi fisiologis dan psikologis, marah dan kaitannya dengan kematangan emosi seseorang, serta dampak marah bagi pelakunya.
Jika marah adalah anugerah dari Allah dan bisa saja terjadi kapanpun, tentu saja marah bisa dikendalikan untuk dihindari agar tidak benar-benar marah. Hal ini bisa menggunakan beberapa tehnik di antaranya tehnik relaksasi napas adalah cara ampuh atasi galau, breaking state, berlindung kepada Allah dari godaan setan dan papan refleksi diri.
Ada hal yang lebih spesial dari buku ini yaitu, di bab terakhir disajikan kasus dan penganannya. Contohnya, ketika anak tantrum di toko/warung, anak minta jajan berlebihan, kaka adik bertengkar,dan anak ‘mogok’ sekolah. Di bab ini ada 7 contoh kasus dan penanganannya.
Marah acapkali tak bisa kita dihindari dalam sebuah situasi tertentu. Marah terjadi juga bukan tanpa alasan atau bukan tanpa pemicu. Marah menghampiri diri seseorang tanpa pilih kasih, bisa seorang individu, kita sebagai seorang guru atau sebagai orang tua. Marah bisa berwujud dalam berbagai bentuk, misalnya berteriak, melotot, atau pun memukul. Ada kalanya kita berpendapat bahwa dengan marah itulah cara kita mendidik anak secara tegas agar disiplin atau sesuai yang kita targetkan. Nah, buku “Marah Yang Bijak” ini hadir sebagai salah satu solusi cerdas bagaimana kita seharusnya menerapkan marah untuk mendidik anak kita. Buku ini juga memaparkan secara detail seluk beluk tentang marah. Buku setebal 108 halaman ini sangatlah praktis, buku ilmiah yang disajikan dengan bahasa yang ringan sehingga mudah dipahami dan dipraktekkan. Saya pribadi meskipun belum menjadi ibu bisa mengerti tentang bagaimana mengelola kemarahan dan harapannya suatu hari nanti bisa mempraktekkan langsung ketika sudah ada anak-anak dalam pangkuan saya.