Bangunan-Bangunan yang Menjadi Saksi Sejarah Demokrasi Korea
Kali ini saya berkesempatan untuk mengunjungi Korea Democracy Foundation (KDF), yang beralamat di 132 Naesonsunhwan-ro, Uiwang-si, Gyeonggi-do. KDF adalah organisasi nirlaba yang berafiliasi dengan Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korea Selatan (MOIS). Tujuannya adalah untuk menetapkan sejarah yang benar, menghormati semangat mereka yang berkomitmen pada negara, dan meneruskan pengalaman yang tak ternilai dari gerakan pro-demokrasi kepada generasi mendatang.
Di dalam Gedung KDF, ada sebuah ruangan yang cukup luas yang disebut Open Archive. Ruangan luas ini menyerupai perpustakaan besar, memuat berbagai artefak yang menjadi saksi proses demokrasi Korea. Mulai dari buku dan catatan harian demonstran, spanduk, potongan kayu, foto bahkan barang-barang bersejarah seperti meja belajar dan gitar yang konon dulunya dipakai oleh mahasiswa yang tewas dalam demonstrasi. Ruang arsip ini mengandung lebih dari 800.000 buah benda bersejarah.
Bangunan Bersejarah di Seoul
Setelah menjelajahi fasilitas di Gedung KDF, kami berkesempatan untuk mengunjungi beberapa bangunan bersejarah di Seoul yang memainkan peran penting dalam proses demokrasi Korea. Bangunan-bangunan ini menjadi saksi beberapa peristiwa penting di masa lalu.
Katedral Katolik Seoul
Juga dikenal sebagai Katedral Myeongdong. Katedral ini memiliki hubungan dekat dengan beberapa pemberontakan dan gerakan penting dalam sejarah modern Korea. Misalnya, selama Gerakan 1 Maret (1919), katedral ini memainkan peran sentral ketika aktivis kemerdekaan Korea berkumpul untuk membaca Deklarasi Kemerdekaan Korea, menandai momen penting dalam gerakan kemerdekaan Korea.
Kenapa mereka memilih untuk berkumpul di Katedral? Karena pada waktu itu rumah ibadah adalah salah satu lokasi yang tidak bisa diintervensi oleh Polisi dan Tentara. Aparat tersebut tidak diperkenankan masuk tanpa ijin ke dalam area rumah ibadah.
Bekas Pusat Kebudayaan Amerika
Awalnya dibangun sebagai markas besar YMCA Korea (NGO yang bergerak di bidang sosial dan kemanuasiaan) pada tahun 1928. Setelah Perang Korea bangunan ini berfungsi sebagai Pusat Kebudayaan United States Information Service (USIS). Bangunan ini menjadi salah satu bangunan bersejarah karena pada tahun 1980-an, dengan aktivis pro-demokrasi mahasiswa menduduki bangunan ini sebagai bentuk protes. Bahkan bekas-bekas tembakan peluru aparat pada dinding bangunan masih bisa kita lihat sampai sekarang.
Yangijae Gyeongungung
Bangunan ini merupakan salah satu istana kerajaan yang didirikan pada tahun 1905. Istana kerajaan ini sekarang berfungsi sebagai kantor Gereja Anglikan Seoul di Korea. Mungkin secara langsung kaitan dengan proses demokrasi korea tidak terlalu signifikan. Tapi tempat ini dijadikan salah satu tempat berkumpul aktivis pro-demokrasi pada masa lalu. Aparat tidak terlalu mengusik tempat ini karena mungkin lokasinya yang bersebelahan dengan Kedutaan Besar Inggris.
Sebenarnya masih banyak tempat bersejarah lain yang bisa kita kunjungi. Bukan hanya di Seoul tapi juga di kota lain, salah satunya yang terkenal adalah di Kota Gwangju. Satu hal yang bisa kita pelajari adalah Korea tidak secara instan menjadi negara maju seperti yang bisa kita saksikan saat ini. Mereka pun pernah mengalami masa-masa sulit karena perang, pemerintahan militer yang otoriter dan konflik internal lain. Tanggal kemerdekaan Korea dengan Indonesia pun sebenarnya hanya selisih 2 hari saja. Korea merdeka pada tanggal 15 Agustus 1945 dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945.
Baca juga: Ke Seoul? Jangan Lupa Mampir ke Starfield Library.