ganti baju
Pagi ini, sengaja saya menyelesaikan semua kewajiban itu lebih awal. Lalu saya bergegas ke dag untuk menikmati panorama pagi dari ketinggian. Jalanan yang sepi berubah menjadi sangat ramai dan didominasi oleh para pelajar yang ingin berangkat ke madrasah agung.
Pagi ini, sedikit mengingatkan saya tentang ‘dresscode‘ yang pernah saya kenakan. Kemeja kuning dengan baju luarannya sepanjang lutut berwarna hijau ditambah dasi mungil sebagai hiasannya. Waktu mengajak saya bergegas untuk mengenakan kemeja putih dan rok merah. Cukup lama saya mengenakan ‘putih-merah’ ini, selama 6 tahun. Pergi ke sekolah kadang diantar kadang bersepeda dengan teman-teman. Masa yang indah karena dalam episode ini terakhir kali saya bersepeda ke sekolah. Masa yang menyenangkan. Waktu terus mengantar saya pada episode kehidupan yang baru, ‘putih-biru’ menyambut. Sedikit dewasa pada sesi ini. Belajar ‘mempermainan’ angka dalam rumus-rumus, berkata dengan bahasa asing dan memiliki teman dari penjuru kota yang bersemangat ini. Waktu lagi-lagi tak ingin menunggu dan mengajak saya hijrah ke kota budaya ‘solo the spirit of java’, dunia ‘putih abu-abu’ mengucap welcome atas kedatangan saya. Episode ini mengajak saya ‘belajar’ lebih serius walaupun realita harus memaksa saya untuk jujur mengakui bahwa saya tak serajin dalam angan saya. Ini adalah episode spesial karena jauh dari orangtua dan tinggal di asmadera. Belajar tentang banyak hal, dari segala sesuatu yang ada di bangku sekolah hingga maddah kehidupan yang terkadang harus ditelan mentah-mentah diproses hingga bisa matang berbuah hikmah untuk bekal hidup selanjutnya. 3 tahun cukup sebentar untuk saya, karena di kota budaya persahabatan, cita, cinta, duka, luka dan rindu tergenggam. Waktu seolah musuh yang memaksa saya untuk berpisah dari apa yang sudah saya nikmati dan waktu pun telah memilih tempat pemberhentian selanjutnya yang ‘fullcolor’ di kota never ending asia. Kota yang indah katanya. Memang indah, lebih indah dari kota budaya, lebih lengkap mulai dari etnik hingga makanannya. Tempat pariwisata bahkan musiumnya.
Waktu yang selalu jadi jembatan masa dan berani memberi hal-hal baru, menawarkan banyak pilihan walau tak semua akan jadi realita tetapi waktu telah berjasa karena kita bisa bermimpi. Memiliki bagian terbesar dalam hidup, melahirkan sejarah yang akan menggantung hati-hati para pemiliknya. Katanya, sejarah memiliki tampuk istimewa dalam hidup manusia tapi tidak melekat utuh pada realita. Sejarah seperti awan yang tampak padat berisi tapi ketika disentuh menjadi embun yang rapuh. Sejarah lahir dari rahim waktu. Lagi-lagi waktu memberi keluangan untuk ‘ganti baju’, membuka lembaran baru, menapakinya dengan jejak baru. Sekarang -mungkin- sebuah keberuntungan ketika saya dan Anda bisa ‘ganti baju’ di setiap episode dalam hidup ini. Selamat ‘ganti baju’ tahun ini…..
Untuk ’embun malamku’ yang baru saja ‘ganti baju’
selamat menikmati ‘abu-abuer zone’
in the real excellent school