Tentang Kelegaan Perizinan
Pelajaran di akhir pekan yang panjang kali ini adalah tentang kelegaan perizinan. Perasaan saya saat ini adalah rasa sedih, kecewa, insyaAllah masih ada rasa syukur di antara kedua rasa itu.
Life-partner (saya) memberi ruang gerak yang cukup bebas, cukup lega bukan berarti ia melepas dan memberbiakan tulang rusuknya begitu saja. Sosok life-partner si tulang rusuk itu tetap melindunginya seperti yang dilakukan para laki-laki terhadap wanitanya. Ia memutuskan untuk memberi kelegaan dalam hal perizinan untuk tulang rusuknya karena ingin tetap menghadirkan rasa nyaman bagi orang-orang yang dekat dengan tulang rusuknya. Ya, menghadirkan rasa nyaman pasca life-partner menjadikan wanita itu sebagai tulang rusuknya.
Sosok life-partner si tulang rusuk itu mungkin bukan ustadz atau seorang yang sempurna dalam memahami hukum-hukum agamanya. Life-partner si tulang rusuk itu hanya ingin menanamkan pada tulang rusuknya bahwa selama visi/misi/tujuan aktifitasnya diniatkan untuk Allah, Lillahi Ta’ala, maka tidak perlu ada hal yang dirisaukan, digelisahkan, atau dikhawatirkan karena Allah yang akan menjaga tulang rusuknya untuk dirinya. Si tulang rusuk hanya bertugas untuk terus meluruskan niatnya. Dengan begitu, orang-orang yang berhak atas tulang rusuknya dapat terpenuhi dan si tulang rusuknya tetap bisa memenuhi janjinya. Menghadirkan kenyamanan dalam sebuah hubungan yang sudah sah sekalipun tidak hanya ada aku dan kamu, tidak hanya ada kita tetapi juga ada mereka. Mereka yang juga menginginkan kenyamanan atas kehadiran kita, tidak hanya kenyamanan bagi kita saja.
Semua itu pada akhirnya akan bermuara pada diri masing-masing karena tidak ada satu pun keputusan diambil tanpa dasar. Lalu yang kita lakukan sebagai pihak yang merasakan keputusan itu adalah menghormati dan menerima. Sudah itu saja.
Happy weekend 🙂
*backsong: Let it go by Demi Lovato