Girli Coffee: Not Only for Girl

Girli Coffee Bogor

Cafe ini berada di pinggir kota Bogor, dan bukan ke arah puncak. Jalanan yang tidak macet, mejadi salah satu alternatif cafe jika ingin bersantai di pinggir kota Bogor. Cafe Girli berlokasi di dekat Bogor Nirwana Residence (BNR). Terletak di Jl. Raya Cibeuruem, Cikaret, Kec. Bogor Selatan. Cafe ini menawarkan pengalaman ngopi yang dengan suasana alami dan area outdoor yang luas.

 

Lokasi dan Jam Operasional

Cafe Girli terletak di area BNR yang cukup jauh dari hiruk-pikuk kota, memberikan suasana tenang yang sulit ditemukan di pusat kota. Cafe ini buka setiap hari mulai pukul 9 pagi hingga 11 malam, namun pada hari kerja, mereka tutup sedikit lebih awal, yaitu pukul 10 malam.

 

Suasana dan Desain

Salah satu daya tarik utama Cafe Girli adalah area outdoor-nya yang luas. Berada di pinggiran kota dengan banyak pepohonan di sekitarnya, cafe ini menawarkan udara yang sejuk dan tidak terlalu panas. Meskipun area indoor-nya cukup terbatas, suasana outdoor yang nyaman membuat pengalaman ngopi di sini semakin menyenangkan. Sambil menikmati minuman favoritmu, kamu bisa menikmati pemandangan luar yang asri dan menenangkan.

 

Menariknya, meski namanya “Girli Coffee”, suasana dan pilihan warna yang digunakan di café ini tidak menampilkan nuansa girly sama sekali. Mungkin justru kontras ini yang membuat café ini unik dan berbeda dari yang lain.

 

Menu

Menu di Cafe Girli cukup bervariasi meskipun tidak ada yang benar-benar istimewa, karena memang “jualannya” adalah pada suasana cafe-nya. Di sini, kamu bisa menemukan berbagai pilihan kopi dan non-kopi. Untuk makanan, tersedia pilihan makanan berat serta snack ringan yang enak. Kebetulan menu hari ini yang saya coba adalah mie godog jogja, ditemani mocktail kopi yang menyegarkan.

 

Staf di Cafe Girli cukup ramah dan profesional. Mereka mengenakan seragam kaos polo berwarna hijau tua yang memberikan kesan profesional. Pelayanan yang cepat dan ramah menambah kenyamanan pengalaman ngopi di sini.

 

Akses dan Fasilitas

Cafe Girli berlokasi sekitar 30 menit dari pusat kota Bogor, menuju perumahan BNR. Lokasinya yang agak di pinggir membuatnya menjadi tempat pelarian yang nyaman dari keramaian kota. Area parkir yang luas juga menjadi salah satu kelebihan cafe ini. Selain itu, WiFi di sini cukup kencang, menjadikannya tempat yang ideal untuk bekerja atau sekadar browsing internet.

 

Baca juga: Lagi di Bogor? Yuuk, Mampir juga ke Rave Coffee Kitchen ^^

Hotel Kapsul Korea. Worth it?

Sebelumnya, kita sudah pernah mengulas hotel kapsul di Bandung, yaitu Shakti Hotel Kapsul dalam artikel sebelum ini. Kini, mari kita coba bandingkan dengan hotel kapsul di Korea di range harga yang tidak berbeda jauh.

 

Hotel kapsul di Korea yang kebetulan sudah pernah saya coba adalah di kota Daejeon. Nama hotelnya Daejeon Guesthouse Sky Garden yang beralamat di 40, Bomun-ro 230beon-gil, Jung-gu, Daejeon. Saya pesan hotel ini melalui aplikasi Booking.com, dan tujuan utama menginap di sini adalah untuk menyaksikan pertandingan Timnas Korea yang kebetulan dilangsungkan di Stadion Daejeon.

 

Tampilan Luar dan Lokasi

Dari luar, Daejeon Guesthouse Sky Garden tampak seperti hunian apartemen biasa dengan bangunan 4 lantai. Meski tidak ada yang istimewa dari penampilannya, hal ini sejalan dengan harganya yang cukup terjangkau. Nanti kita bahas berapa harganya dan apa fasilitas yang didapatkan.

 

Desain dan Fasilitas

Bangunan hotel ini mengingatkan pada apartemen Korea pada umumnya dengan bata merah yang klasik. Setiap kamar dapat menampung hingga 4 orang dengan tempat tidur berbentuk bunk bed atau ranjang bertingkat. Fasilitas privasi disediakan dalam bentuk tirai untuk ranjang bawah, sementara ranjang atas tetap terbuka. Setiap kamar dilengkapi dengan AC dan kamar mandi yang digunakan bersama. Kebetulan saya datang di Bulan Juni (musim panas) sehingga yang dinyalakan adalah AC. Kalau datang di musim dingin pastilah fasilitas yang dinyalakan adalah penghangat ruangan.

 

Hotel ini juga menyediakan ruang kerja yang dilengkapi dengan kursi, meja, dan colokan listrik. Koneksi Wi-Fi cukup cepat, yang sangat membantu untuk kebutuhan komunikasi dan pekerjaan. Setiap pengunjung juga mendapatkan handuk dan peralatan mandi.

 

Saya sengaja bertanya kepada pengelola hotel, apakah ada ruang kerja yang bisa digunakan, karena sore hari menjelang pertandingan sebenarnya suami masih ada Ujian Akhir Semester yang untungnya online. Suami sedang ada UAS tapi malah jalan-jalan, mohon jangan ditiru, hehe.

 

Ruang makan terletak di lantai paling bawah dan agak terpisah dari bangunan utama, memberikan suasana yang nyaman untuk bersantap.

 

Kebersihan dan Kenyamanan

Seperti kebanyakan lokasi di Korea, kebersihan di Daejeon Guesthouse Sky Garden sangat terjaga. Kenyamanan yang ditawarkan cocok bagi mereka yang bepergian sendirian atau mencari tempat menginap yang praktis dan fungsional.

 

Harga

Harga menginap per malam di Daejeon Guesthouse Sky Garden adalah 20,000 won atau sekitar 200.000 rupiah. Mengingat mahalnya harga-harga di Korea, harga ini tergolong sangat terjangkau. Sebagai perbandingan, hotel kapsul di Bandung memiliki harga termurah sekitar 150.000 rupiah per malam.

 

Kesimpulan

Daejeon Guesthouse Sky Garden adalah pilihan yang baik bagi traveler dengan anggaran terbatas yang mencari akomodasi sederhana namun fungsional di Daejeon. Dengan kebersihan yang terjaga dan fasilitas yang cukup memadai, hotel ini layak dipertimbangkan bagi siapa saja yang berkunjung ke area ini.

Ngopi dengan Suasana Hangat di East Side Coffee and Eatery Solo

East Side Coffee and Eatery merupakan salah satu kedai kopi di Kota Solo yang vibe-nya anak muda banget. Rasanya begitu bisa jadi karena memang letaknya dekat dengan beberapa kampus. Berkali-kali lewat selalu ramai dengan pengunjung yang rata-rata memang masih muda. Akhirnya, hari ini bisa menjadi salah satu anak muda yang menikmati kopi di sana. 😀

 

East Side juga memiliki suasana yang nyaman dengan konsep minimalis dan modern tapi juga ada sentuhan klasiknya. Tak heran, membuat East Side terasa dekat di kalangan anak muda dan penikmat kopi. Tata ruangnya pun juga instgrammable, apalagi ada standing mirror di bagian depan.

 

Lokasi

 

East Side Coffee and Eatery berada di Jalan Ir. Sutami No.21, Jebres, Kota Surakarta. Tepatnya berada di daerah Sekarpace, samping Kantor Besar BNI. Untuk sampai East Side sangatlah mudah, bisa menggunakan transportasi umum turun di Halte Sekarpace atau bisa juga menggunakan transportasi online. Pengunjung juga bisa membawa kendaraan pribadi jika memungkinkan. East Side Coffee and Eatery mulai membuka pintu pukul 10.30 hingga 23.30 WIB setiap hari.

 

Menu

 

Di East Side, menu kopi yang mereka sediakan cukup beragam mulai dari espresso, cappuccino, latte, cold brew yang menyegarkan hingga menu non kopi seperti ragam menu teh. Selain itu, mereka juga menghadirkan varian signature drink dengan campuran yang unik.

 

Kedai kopi ini juga menyediakan aneka pilihan menu camilan dan makan berat seperti nasi ayam teriyaki, nasi goreng seafood, nasi goreng ayam, aneka spaghetti dan masih banyak lainnya. Pilihan saya tadi adalah nasi ayam teriyaki dan coffee latte sugar free. Untuk Bilgi, dia memilih spaghetti carbonara dan strawberry tea less sugar. Semuanya enak dan memuaskan.

 

Fasilitas

 

Kedai kopi ini menyediakan area indoor no smoking, indoor smoking di lantai 2 dan area outdoor di lantai 3 sekaligus area rooftop. Fasilitas lain yang membuat semakin nyaman adalah tersedia musola, mukena bahkan sandal wudlu. Musola dan toiletnya bersih, begitu juga dengan mukena dan sarung yang wangi. Transaksi di sini disediakan QRIS dan bisa juga secara tunai.

 

Fasilitas lain yaitu akses wifi yang cepat, charging port yang banyak dan penerangan yang hangat. Untuk parkir roda dua tersedia ruang tapi terbatas untuk roda empat, tak perlu khawatir karena ada juru parkir yang akan membantu. Pelayanannya juga oke.

 

Secara keseluruhan, East Side adalah tempat yang nyaman bagi penikmat kopi di Solo yang menginginkan suasana modern tapi tetap terasa santai dengan kopi yang enak dan pelayanan yang ramah.

 

Baca juga: Baca Buku Bareng Anak di Sawahita Lokananta Bloc, Solo.

Berwisata sambil Belajar Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia di Monas

Monas

Memanfaatkan longweekend di Bulan September lalu, kami memutuskan pergi ke Bogor di hari pertama dan menghabiskan waktu di Jakarta hari kedua. Pernah 4 tahun tinggal di Jakarta, baru kemarin akhirnya saya mengunjungi Monas karena anak menginginkannya. The power of kid 😀

 

Awal Perjalanan: Halaman Monas dan Patung Pahlawan

 

Monumen Nasional atau akrab dikenal dengan nama Monas adalah ikon Jakarta sekaligus simbol perjuangan Bangsa Indonesia. Berdiri gagah di Lapangan Medan Merdeka, Monas merupakan tugu setinggi 132 meter yang puncaknya berbentuk lidah api berlapis emas. Perjalanan di Monas membawa pengunjung seperti kami tidak hanya menikmati keindahan pemandangan sekitar tetapi juga mengenal serta mengingat sejarah kemerdekaan Indonesia.

 

Di area sekitar Monas, pengunjung bisa berjalan-jalan di taman yang luas, dihiasi pohon-pohon tinggi, air mancur, kolam ikan dan patung-patung pahlawan nasional. Monumen yang dirancang oleh Friedrich Silaban dan R.M. Soedarsono dengan ide untuk menciptakan sebuah monument yang bisa membangkitkan semangat perjuangan.

 

Perjalanan kami mulai dengan menyusuri anak tangga bagian bawah tanah, di sana aka nada loket pembelian tiket dan sebuah terowongan panjang menuju Monas. Awalnya saya pikir akan bisa masuk lewat atas, ternyata lewat terowongan dan ini jauh mengasyikkan. Oh iya, di terowongan ini dilengkapi pendingin jadi perjalanan kita akan tetap nyaman.

 

Bagian Dasar Monumen: Museum Sejarah Nasional

 

Bagian dasar dari Monas adalah sebuah museum yang disebut Museum Sejarah Nasional yang luas. Pengunjung bisa melihat diorama yang mengajak kita untuk flashback ke pelajaran jaman sekolah di antaranya peristiwa-peristiwa penting sejarah Indonesia dari masa prasejarah, era kerajaan, penjajahan hingga masa kemerdekaan.

 

Di museum ini ada enam sisi teater diorama dengan nama dan keterangan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Ada sekitar 50an diorama yang tersusun rapi yang akan membawa kita menyusuri berbagai fase penting, mulai dari kehidupan masyarakat prasejarah, berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha-Islam hingga kedatangan penjajah serta perjuangan para pahlawan nasional.

 

Beberapa diorama yang menonjol mencakup pertempuran melawan colonial seperti Perang Diponegoro serta peristiwa proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Diorama-diorama ini dilengkapi dengan keterangan dan efek suara yang membuat pengunjung seolah merasakan langsung peristiwa tersebut. Hal ini juga menarik untuk Bilgi dan tiap diorama dia baca keterangannya tanpa ada yang terlewat.

 

Ruang Kemerdekaan: Pusaka Kemerdekaan Indonesia

 

Lantai di atas Museum Sejarah, terdapat Ruang Kemerdekaan sebuah ruang berbentuk amphiteater dengan suasana hening. Di ruang ini tersimpan benda-benda simbolis seperti naskah asli Proklamasi Kemerdekaan yang disimpan di dalam kotak kaca, lambing negara Garuda Pancasila, peta wilayah Indonesia dan bendera merah putih. Ruang ini didesain sebagai tempat sakral yang akan mengingatkan pengunjung pada makna kemerdekaan dan perjuangan bangsa.

 

Puncak Monas: (Membayangkan) Pemandangan Kota Jakarta

 

Dari Ruang Kemerdekaan, pengunjung bisa naik lift menuju puncak Monas, bagian yang paling dinantikan. Kebayang kan ya? Di puncak Monas dengan panorama 360 derajat kita bisa menikmati pemandangan Kota Jakarta. Sayangnya, saat ke sana kami sudah tidak mendapatkan tiket menuju puncak Monas.

 

Tiket Monas

 

Harga tiket di Monas masih sangat terjangkau. Libur longweekend kemarin, saya membayar Rp 50.000,00 dengan rincian 2 dewasa, 1 anak serta sisa saldo Rp 20.000,00 di kartu BPD Jakarta yang bisa kita pakai untuk naik commuter line dan bisa diisi lagi. Worth it.

 

Penutup Perjalanan: Makna di Balik Monas

 

Bagi pengunjung, Monas bukan hanya sebuah bangunan monumental tetapi juga symbol nasionalisme dan patriotism yang abadi. Setiap sudutnya, Monas membawa kita merenungi betapa beratnya perjuangan yang dilalui oleh para pahlawan untuk meraih kemerdekaan yang bisa kita rasakan saat ini. Perjalanan di Monas memberikan perspektif yang mendalam tentang jati diri bangsa Indonesia dan membangkitkan rasa bangga dan cinta pada tanah air.

 

Baca juga: Sunset di Kebun, Pengalaman Intim Menikmati Musik dalam Keindahan Alam.

Coffee Latte dan Buku-Buku di Kopi Pak Pos Toegoe Yogyakarta

Kopi Pak Pos Toegoe

Kopi Pak Pos Toegoe

Setelah selesai menjadi juri lomba esai presentasi di event Festival Kebudayaan Arab Fakultas Ilmu Budaya UGM, sembari menunggu Kereta Bangunkarta datang, saya memilih untuk menikmati sore itu di sebuah kedai kopi. Tentu sudah survei lebih dulu yaa, pilihan saya tetap ke kedai kopi yang memiliki mini library  atau bookshop. Kriteria ini pasti sangat mudah ditemukan di Kota Yogyakarta.

Kopi Pak Pos Toegoe

Kopi Pak Pos Toegoe namanya. Sebuah kedai kopi yang populer untuk ngopi sambil menikmati suasana kota. Ditambah lagi, di kedai ini memiliki koleksi buku-buku yang ciamik untuk menemani kopi pilihan kita. Bukankah kopi dan buku selalu menjadi pasangan yang serasi? Ahaayyy!!!

 

Suasana

 

Bagi saya pribadi, suasana Yogyakarta memiliki ikatan yang erat di hati karena saya pernah menghabiskan tujuh tahun tinggal di sini. Yap, cara menikmati Yogyakarta tentu bersama kenangan dan rasa rindu, rindu ingin tinggal lagi di Yogyakarta. Boleh banget diaminkan yaaa ^^

 

Kopi Pak Pos berada di daerah Tugu, waktu itu saya menikmatinya di ujung sore menuju senja tiba. Suasananya asik karena saat itu agak mendung-mendung manja tapi hujan tidak turun. Angin yang berhembus juga sepoi-sepoi sejuk tapi nggak bikin ngantuk kok 😀 Yang ada bikin senyum-senyum sendiri. Rasanya tangki cinta lagi terisi penuh.

 

Lokasi

 

Kopi Pak Pos Toegoe berada di Jalan Jendral Sudirman No. 19, Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta. Tepatnya di samping Kantor Pos Tugu, sebelah Hotel Santika. Akses menuju ke kedai ini sangat mudah, bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi, transportasi umum atau online. Kopi Pak Pos mulai buka pukul 07.00 hingga 01.00 WIB setiap hari.

 

Menu

 

Di Kopi Pak Pos saya memesan coffee latte panas tanpa gula dan kwetiau goreng. Sambil menikmati keduanya, saya habiskan dengan membaca dua buku. Pertama, buku karya Kang Maman dan Romansa Stovia. Coffee latte-nya enak, rasa kopinya masih kuat dengan komposisi yang pas. Saya suka coffee latte yang rasa pahitnya kuat, nggak tenggelam oleh rasa susu. Kwetiau goreng yang saya pesan juga tak kalah sedapnya. Rasa gurih, pedas sesuai pesanan dan ada aroma sangit-sangit yang menambah citarasanya. Kerenlah koki dan baristanya.

 

Selain menu di atas, Kopi Pak Pos menawarkan menu lain di antaranya berbagai jenis sajian menu kopi dan non-kopi. Untuk menu makanan, ada makanan berat dan berbagai camilan. Tidak hanya itu, kita juga bisa menikmati aneka roti dan kue di kedai ini.

 

Fasilitas

 

Tempat udah oke, menu-menunya enak, sekarang giliran cerita tentang fasilitas. Mulai dari pelayanan barista yang sangat ramah dan bisa diandalkan saat kita meminta informasi menu-menu yang ada. Tak hanya keramahannya, racikan kopinya pun juga tak mengecewakan. Kopi Pak Pos menyediakan akses wifi, toilet yang bersih serta musola. Area kedai kopi ini terbagi menjadi dua yaitu area indoor ber-AC no smoking dan smoking, area outdoor berada di halaman depan. Area parkir tersedia tapi terbatas. Hal unik lain menyangkut nama kedai kopi ini adalah Kopi Pak Pos ini bersebelahan langsung dengan kantor pos, pun di dalam kedai ini juga terdapat benda-benda antik yang berhubungan dengan sejarah kantor pos khususnya Kantor Pos Tugu.

 

Secara keseluruhan, Kopi Pak Pos Toegoe bisa menjadi salah satu tempat terbaik menikmati kopi sambil merasakan suasana khas Yogyakarta. Sangat direkomendasikan bagi penikmat kopi yang ingin bersantai sambil membaca buku.

 

Baca juga: Cerita Menyenangkan Belajar Sejarah dan Budaya Jawa di Museum Sonobudoyo.

Belajar Budaya Jawa dengan Menyenangkan di Museum Sonobudoyo

Beberapa waktu lalu, lagi-lagi kami berkunjung ke Yogyakarta. Pokoknya nggak ada kata bosan! 😀 Jalan-jalan kali ini lebih banyak explore wisata budaya. Salah satu tujuan kami adalah Museum Sonobudoyo. Museum ini merupakan museum kunci untuk mengenal dan memahami budaya serta sejarah Jawa.

 

Lokasi

 

Museum Sonobudoyo berada di Jalan Pangurakan No. 6, Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta. Tepatnya, berada di sebelah utara Alun-Alun Utara. Museum ini sangat mudah di akses karena berada di pusat kota. Untuk menuju Museum Sonobudoyo bisa menggunakan kendaraan pribadi, transportasi umum atau online.

 

Transportasi

 

Jika menggunakan transportasi umum, misal kereta api jarak jauh atau lokal bisa turun Stasiun Tugu/Yogyakarta kemudian bisa lanjut naik bentor atau jalan kaki di sepanjang Malioboro hingga nol KM menuju Museum Sonobudoyo. Pilihan lain, bisa dengan naik Trans Jogja dari Halte Malioboro 1 dan turun di Halte Museum Vredeburgh lanjut jalan kaki. Ingin lebih praktis lagi? Bisa naik transportasi online yang bisa dipesan dari smartphone.

 

Jam Buka

 

Jam buka Museum Sonobudoyo mulai dari 08.00 hingga 20.00 WIB di Hari Selasa hingga Minggu. Khusus Hari Senin tutup. Pastikan hari dan jam kedatangan Teman-Teman yaaa..

 

Tiket

 

Masuk Museum Sonobudoyo dikenakan tarif tiket sebesar Rp 10.000,00 untuk dewasa dan Rp 5.000,00 untuk anak-anak, khusus wisatawan mancanegara Rp 20.000,00. Menurut saya masih sangat terjangkau untuk media belajar anak-anak. Pembayarannya bisa dilakukan secara tunai atau cashless. 

 

Pameran dan Koleksi

 

Sangat menyenangkan meluangkan waktu untuk menjelajahi Museum Sonobudoyo, melihat koleksi berupa artefak sejarah, seni dan budaya. Di dalamnya, kita juga bisa melihat aneka wayang, baju adat, alat musik dan masih banyak lainnya di gedung pertama. Di gedung kedua, kita juga bisa melihat diorama sejarah, alat transportasi tradisional hingga mini bioskop tentang sejarah Yogyakarta.

 

Display atau penataannya sungguh mendukung dan menarik untuk pengunjung khususnya anak-anak. Ada juga sensor agar para pengunjung tidak melebihi batas jadi koleksi akan terjaga keamanannya. Terdapat juga permainan tentang sejarah budaya di lantai atas gedung kedua yang diperuntukkan untuk anak-anak.

 

Dari gedung pertama hingga gedung kedua, suasana museum tidak monoton. Ada part dengan nuansa Bali, ada yang dikemas dengan lampu-lampu, akses dari satu sesi ke sesi berikutnya seperti berjalan dalam goa dengan lampu-lampu. Terasa warna-warni dan menyenangkan berada di Museum Sonobudoyo.

 

Aktifitas Tambahan

 

Ada beberapa aktifitas tambahan setelah berkunjung ke Museum Sonobudoyo di antaranya wisata kuliner di sekitar Alun-Alun Utara, Tamansari, wisata belanja di Pasar Beringharjo, Malioboro, Taman Pintar, Keraton Yogyakarta, Museum Vredeburgh atau ngopi-ngopi cantik. Selain itu, kita juga bisa menyaksikan beberapa pentas seni atau pertunjukan di sekitar Museum Sonobudoyo.

 

Jangan lupa untuk menikmati untuk pengalaman belajar dan menggali lebih dalam tentang budaya yang kaya di Yogyakarta.

 

Baca juga: Jangan Lupa ke Museum Coklat Monggo Saat di Yogyakarta ^^