Rute Jelajah Jantung Kota Sisi Barat Kota Solo
Di beberapa blogpost saya tahun lalu (2023), saya pernah berbagi pengalaman saya saat melakukan walking tour di Kota Solo bersama Soerakarta Walking Tour. Bagi saya pribadi, heritage walking tour itu menyenangkan. Selain itu, pasti akan mendapat ‘harta karun’ berupa informasi yang belum pernah saya tahu sebelumnya.
Nah, di bulan pertama dari 2024 ini saya berkesempatan mengikuti walking tour lagi bersama Soerakawan, sebutan untuk kawan jalan bersama Soerakarta Walking Tour. Kali ini, saya menjelajahi Jantung Kota Solo Sisi Barat. Mana saja itu?
Gereja Katolik Santo Petrus, Purwosari
Ini adalah titik pertama kami di rute jelajah Jantung Kota Sisi Barat setelah dari titik kumpul di depan Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Solo. Jarak dari titik kumpul menuju Gereja Santo Petrus sekitar 100m. Gereja Santo Petrus merupakan gereja tertua kedua di Kota Solo setelah Gereja Katolik Santo Antonius, Purbayan.
Gereja Santo Petrus dibangun setelah Gereja Santo Antonius Purbayan pada tahun 1905. Pembangunan ini terjadi karena perkembangan umat Katolik di dalam wilayah Kota Solo dan luar Solo meningkat sangat pesat.
Gereja Katolik Santo Petrus Purwosari terletak di Jalan Slamet Riyadi No. 370, Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Solo.
Ndalem Kalitan
Merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kota Solo. Ndalem Kalitan adalah rumah peninggalan Sunan Paku Buwono (PB) X lalu diberikan kepada putri sulungnya, Kanjeng Gusti Ratu Alit. Nah, karena itulah bangunan ini disebut Ndalem Ratu Alit.
Long story short, Ndalem Kalitan ini merupakan kediaman dari Ibu Tien Soeharto. Ndalem Kalitan terdiri dari tiga bagian yaitu pendopo, ruang tengah atau pringgitan dan senthong (ruang tidur). Saat ini Ndalem Kalitan difungsikan sebagai tempat berkumpul keluarga.
Ndalem Kalitan sangat asri dan sejuk karena memiliki pohon-pohon yang tinggi. Ada juga taman yang berada di halaman depan yang luas. Ndalem Kalitan setelah direnovasi, sekarang bisa dikunjungi untuk umum dengan cara melapor kepada petugas yang berjaga di sana.
Ndalem Kalitan berada di Jalan Kalitan No. 25, Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Solo.
Petilasan Makam Patih Sasranegara
Patih Sasranegara memiliki nama lengkap Kanjeng Raden Adipati (KRA) Sasranegara merupakan Patih Kraton Kasunanan Surakarta. Beliau menjadi patih selama kurang lebih 21 tahun. Menurut walking tour guide kami, ini merupakan makam dari Patih Sasranegara tapi yang dimakamkan di sini hanya satu bagian tubuh beliau. Apa cobaaa??? Adakah yang bisa menebaknya? Yak, bagian tubuh beliau yang dimakamkan di sini adalah ari-ari.
Oh iya, kantor yang ditempati oleh Patih Sasranegara ini menjadi cikal bakal berdirinya Museum Radyapustaka yang berada di area Sriwedari saat ini. Petilasan Patih Sasranegara ini berada di Jalan Cipto Mangunkusumo, Mangkubumen, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo.
Rumah Sakit Pusat Surakarta atau RSU Mangkubumen
Biasa dikenal dengan sebutan Rumah Sakit Pusat, RSU Mangkubumen ini ada di rute jelajah Jantung Kota Sisi Barat. Dulu, rumah sakit ini dikenal dekat dengan sebutan RS Pusat. Memang ada?? Yap, ada tapiiii sekarang wujud bangunan rumah sakit ini telah berganti.
Saat ini, area Rumah Sakit Pusat telah berganti menjadi Mall Solo Paragon. Pasti langsung akrab kan di telinga jika menyebut nama Mall Solo Paragon? Yap, Mall Solo Paragon dibangun di lahan bekas RSUD Dr. Moewardi yang dulu Bernama RS Pusat Surakarta atau RSU Mangkubumen. Rumah sakit ini memiliki sejarah panjang sejak jaman penjajahan Belanda.
Museum Lukis Dullah
Tak jauh dari area bekas RS Pusat Surakarta, titik pemberhentian walking tour kami adalah Museum Lukis Dullah. Museum ini merupakan museum pribadi yang didirikan untuk mengenang pelukis revolusioner yang bernama Dullah. Museum Lukis Dullah diresmikan pada 1 Agustus 1998 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hasan.
Lokasi Museum Lukis Dullah di Jalan Cipto Mangunkusumo No. 15 Sriwedari, Laweyan, Solo. Jadi museum ini masih berada di jalan yang sama dengan Rumah Sakit Pusat yang sekarang menjadi Mall Solo Paragon dan Petilasan Patih Sasranegara. Di dalam museum terdapat ratusan lukisan karya Dullah dari tahun 1939 hingga 1993. Sayangnya, Museum Dullah saat ini ditutup untuk umum karena alasan pribadi.
Ndalem Doyoatmojo
Titik pemberhentian berikutnya adalah Ndalem Doyoatmojo yang terletak di Jalan Slamet Riyadi No. 285, Sondakan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo. Ndalem Doyoatmojo telah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya.
Ndalem Doyoatmojo merupakan bangunan yang dulu menjadi tempat tinggal Kapiten Tituler Tionghoa Surakarta yang bernama Kwee Tjien Gwan. Pasca kemerdekaan, bangunan ini beralih fungsi sebagai kantor militer pada peristiwa Agresi Militer Belanda II. Setelah itu kepemilikan beralih menjadi milik Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Salahuddin Setiawan Djodi Nur Hadiningrat atau dikenal sebagai Setiawan Jodi (seorang musisi terkenal). Kemudian rumah ini dibeli oleh KPH. H. Nur Harjanto Doyoatmojo.
Loji Gandrung
Akhirnya kita sampai di final destination dari kegiatan jalan-jalan jelajah Jantung Kota Sisi Barat yaitu Loji Gandrung. Bangunan ini merupakan Rumah Dinas Walikota Solo yang memiliki gaya arsitektur Indis (perpaduan antara budaya Eropa, Belanda, dengan budaya lokal, Jawa).
Baca juga: Cerita Jelajah Baluwarti Bersama Soerakarta Walking Tour.