Dawet Suronatan, Dawet Legend Kota Madiun
Dawet ini legend banget di dunia per-kulineran Kota Madiun. Bukan hanya karena saking tuanya warung dawet ini, tapi juga karena rasanya yang tetap otentik dan terjaga. Kabarnya warung dawet ini sudah eksis sejak tahun 1962 sampai dengan sekarang. Dan sekarang telah dikelola oleh generasi ketiga dari pencetusnya.
Lokasi
Nama Suronatan berasal dari nama kampung Suronatan dimana pertama kali warung dawet ini berada. Namun seiring dengan ramainya pembeli, lokasi warung pindah ke Jalan Merbabu No. 10, Kota Madiun (dekat dengan Masjid Agung Kota Madiun), sampai dengan sekarang. Walaupun sudah berpindah tempat, nama Suronatan tetap dipertahankan sebagai bagian dari branding.
Menu
Es dawetnya tetap menjadi andalan. Disajikan pada mangkuk kecil dengan berbagai macam isian. Ada 4 isian yang menjadi ciri khas dawet ini: cendol, bubur sum sum, ketan hitam, dan tape singkong, dipadukan dengan kuah santan dan gula aren.
Sejak saya SMA hingga sekarang yang kurang lebih sudah 15 tahun yang lalu, rasa dari dawet ini tidak banyak berubah. Rasanya benar-benar terjaga. Secara keseluruhan, dawet ini tidak terlalu manis. Untuk saya yang tidak terlalu menyukai makanan/minuman yang terlalu manis, rasa kuah dawet Suronatan pas buat saya.
Walaupun terkenal dengan dawetnya, ada satu menu lagi yang pasti saya pesan ketika berkunjung ke sini, yaitu gado-gado Suronatan. Jujur, gado-gado disini adalah gado-gado terbaik versi saya. Saya belum pernah merasakan gado-gado yang lebih enak dari gado-gado Suronatan. Tapi tentu saja, ini kembali pada selera masing-masing ya. Yang bikin beda adalah rasa bumbu kacangnya yang lembut dan tidak pedas. Rasa pedasnya berasal dari tambahan sambal yang diletakkan terpisah di pinggiran piring, jadi cabainya tidak dicampur dengan bumbu kacangnya.
Selain itu, kalian juga bisa memesan menu lain seperti garang asem, rawon, soto, dll. Dan tentu saja aneka minuman yang lain selain dawet, semisal es teh, es jeruk, bahkan susu juga ada. Tapi jujur saya belum pernah pesen selain gado-gado dan dawet, karena saking “ketagihan” dengan 2 menu itu, hehe.
Harga
Harganya pun relatif terjangkau untuk tempat yang bisa dibilang legendaris. Gado-gado 20.000 rupiah per porsi, sedangkan dawetnya sendiri 10.000 rupiah per porsi.
Menu lain pun tidak jauh beda harganya. Soto dan rawon sebesar 25.000 rupiah per porsi, sedangkan minuman bervariasi antara 5.000 – 15.000 rupiah per porsinya.
Fasilitas
Ruang bersantap di warung ini cukup luas dan nyaman. Pelayanannya pun cukup cepat, dan tidak perlu menunggu lama.
Menurut saya, kelemahan dari warung dawet Suranatan adalah tempat parkirnya yang terbatas. Tempat parkir mobil cuma ada 2 buah itu pun agak “dipaksakan” di pinggir jalan depan warung. Kalau kalian terlanjur masuk gang untuk mencoba parkir di depan warung dan ternyata sudah penuh, maka harus putar balik lagi untuk mencari parkir lain karena memang gangnya agak sempit dan satu arah. Kalau saya seringnya parkir di pinggir alun-alun atau di masjid agung, kemudian jalan kaki ke warung dawet.
Baca juga: Bluder Cokro, Oleh-Oleh Famous dari Madiun yang Wajib Dibawa Pulang.