Menemukan Benang Merah: Anak Muda, (Konser) Musik, dan Rokok
“Mangan ra mangan sing penting kumpul.” (Makan gak makan yang penting kumpul), semboyan itu pastilah sudah tak asing lagi di benak kita. Sebuah semboyan yang menyatakan betapa asiknya berkumpul atau bercengkrama meskipun tak harus diakhiri dengan makan-makan. Biasanya semboyan itu akan lebih sering menempel pada gaya kumpul-kumpul ala anak muda.
Bicara tentang anak muda, sejenak saja kita akan teringat tentang beberapa iklan rokok yang bertebaran di layar televisi, maka kita akan menemukan hal yang mendominasi dari hampir semua iklan rokok itu adalah tentang semangat kaum muda. Iklan rokok yang biasa muncul di layar televisi biasanya akan mengangkat isu kekinian yang tak jauh dari hingar bingar kaum muda, seperti semangat traveling, gambaran sebagai lelaki sejati, tantangan, dan lain-lain. Sebagaimana slogan yang diangkat oleh masing-masing merk rokok dalam iklannya, contohnya “Ekspresikan Aksimu”, “My Life My Adventure”, “Selera Pemberani”, “Pria Punya Selera”, “Go Ahead”, “Emang Bikin Bangga”, “Enjoy Aja”, “Buktinya Merahmu”, “Ga Ada Loe Ga Rame”, “Talk Less Do More”, “Asiknya Rame-Rame”, dan “Other Can Only Follow”. Nah, jargon yang diusung sangat dekat dengan semangat anak muda. Selanjutnya, selain media periklanan melalui televisi, mereka pun melebar sayap menebar iklan rokok melalui konser musik yang notabene dekat dengan anak muda.
Eksistensi Anak Muda dan Konser Musik
Harus diakui bahwa anak muda di Indonesia memang tidaklah sedikit jumlahnya. Mereka berasal dari beragam golongan, budaya, dan kalangan yang membaur hidup di masyarakat. Peluang itulah yang ditangkap oleh produsen rokok untuk menjadi lebih dekat dengan anak muda dengan melakukan banyak pendekatan melalui berbagai media salah satunya adalah konser musik.
Indonesia memiliki kebebasan dalam hal berekspresi salah satunya melalui musik. Melalui musik segala macam rasa bisa diungkapkan dengan lebih indah dan mengena. Terlebih, perkembangan musik di Indonesia yang syair-syairnya sangat dekat dengan kehidupan anak muda, sebagai contoh tentang cinta, patah hati, persahabatan, berbagi semangat hingga cinta yang tak direstui. Karena tema-tema musik yang dekat dengan anak muda itulah akhirnya musik menjadi trend anak muda atau salah satu gaya hidup dengan ragam genre musik yang mereka gemari. Selain itu musik juga digunakan anak muda sebagai cara untuk mengidentifikasi dirinya sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial dan musik juga digunakan sebagai sarana menjalin interaksi dengan sesama maupun dengan orangtua.
Selain tema musik dan jenisnya yang dekat dengan dunia anak muda, para penyanyinya pun juga dijadikan idola. Penyanyi dan musik sebuah perpaduan yang semakin indah bagi para penikmatnya ketika mereka bisa semakin dekat secara langsung dengan penyanyi idolanya. Maka konser musik menjamur di mana-mana untuk menjaga interaksi antara sang idola dan para fans-nya agar semakin dekat dan lebih dekat lagi.
Sebuah pagelaran konser musik sudah pasti membutuhkan banyak dukungan berupa materi ataupun non-materi. Dukungan materi berupa dana biasanya akan diperoleh melalui penjualan tiket jika konser berbayar. Jika konser tak berbayar maka kebutuhan pendanaan ini harus diperoleh dari para sponsor. Kebutuhan akan sponsor ini dimanfaatkan oleh para pengusaha rokok. Tidak hanya menjadi sponsor yang ikut mendanai, tetapi juga turut serta memfasilitasi acara konser musik yang terselenggara. Fasilitas-fasilitas itu berupa kuis live tweet dengan menggunakan tagar khusus, lomba foto booth, aneka merchandise, hingga menghadirkan Sales Promotion Girl (SPG) yang aduhai cantik dan menarik dipandang mata dengan menawarkan rokok yang dibawa. Jika sudah selengkap itu, bagaimana mungkin perhatian para anakmu akan teralihkan?
Tidak berhenti pada saat acara konser berlangsung, saat konser musik selesai gelombang euforia para anak muda pada konser musik ini akan masih terasa. Hal ini dapat dilihat dengan sebuah unggahan foto pasca acara yang biasanya dengan hestek “latepost”. Seperti halnya beberapa waktu lalu hestek “UrbanGiGs” menjadi trending topic di dunia media digital di berbagai akun media sosial seperti Instagram.
Lalu, Apa Benang Merahnya?
Dari uraian di atas, sebenarnya sudah sangat jelas apa benang merah yang menghubungkan antara anak muda, konser musik, dan rokok. Benang merah tersebut adalah sebuah ikatan kedekatan emosional dan ikatan psikologis. Ikatan kedekatan emosional yang didasari pada rasa suka terhadap musik dan penyanyinya serta faktor ikatan psikologis anak muda yang masih naik turun dalam menemukan jati diri, siapa dirinya hingga menemukan kenyamanan terhadap dirinya sendirinya. Peluang itulah yang digunakan para pengusaha rokok memanfaatkan konser musik sebagai ‘kendaraan’ yang tidak hanya mendekatkan anak muda pada idolanya tetapi juga menanamkan kesan tentang musik yang disponsorinya melalui fasilitas-fasilitas yang tersedia. Selain itu, melalui konser musik para pengusaha bisa lebih mudah dalam mengenalkan jargon-jargonnya melalui hestek yang akhirnya terasa wajar dan biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya “Go Ahead”, “Talk Less Do More”, “UrbanGiGs”, dan kawan-kawannya. Jika jargon sudah membumi, maka akan lebih mudah untuk mengenal produk yang akhirnya akan menjadi stigma bahwa merokok itu adalah hal yang keren seperti jargon-jargon yang sudah melekat di memori otak para anak muda.
Cara kerja otak anak muda itu bak spoon yang memiliki daya serap tinggi pada banyak hal, maka seharusnya kita sebagai orangtua bisa lebih jeli dalam melihat dan mendampingi mereka. Begitu juga, para panitia yang menyelenggarakan konser musik yang sangat sudah bekerja keras dan sangat membutuhkan banyak dukungan materi dan sponsor, tentunya tidak hanya melihat dari sisi have fun saja, tetapi juga mampu memilih dan memilah pihak-pihak yang akan memberikan sponsor demi mendukung semangat anak muda yang tak aktif tanpa zat adiktif.
Yuk, saatnya jadi generasi muda yang tangguh dan berani bilang #CUKUP ! karena musikku bukan kendaraan promosi.
Kadang kaitannya bukan cuma konser tapi pendidikan kaum muda. Contohnya Sampoerna dan djarum. Sampoerna malah punya yayasan, sekolah, dan universitas. Djarum dengan beswan-nya.
Yap, benar sekali…
Dan tulisan ini dibuat untuk fokus menyoroti rokok pada konser musik…hehe
Tulisannya bermanfaat sekali. terima kasih untuk sharingnya mbak.
Sy jg sering bertanya-tanya, itu iklan rokok paling keren-lah seantero iklan lainnya. Krn menyuguhkan indahnya alam indonesia berbalut budaya anak bangsa. Banyaknya donatur dan sponsor menyebabkan iklan2 rokok itu bagus banget hasilnya.
Ini tantangan besar terhadap para org tua. Walopun gambar rokok sdh dipasangi gambar2 mengerikan seperti penyebab kanker dkk, tp toh slogan anak muda kita “GAK NGEROKOK AJAH BISA MATI. NGEROKOK ATO TIDAK SAMA-SAMA MATI”. Nah, edukasi untuk mengubah mindset anak muda kita seharusnya di gencarkan berbanding lurus dengan iklan-iklan rokok yg bagus2 itu.
itu pendapat sy mbak 🙂
Iklannya memang sangat kreatif ya Mbak…
Mengubah mindset itu yang jadi tantangan… 🙂