Ruang Tumbuh & Bersenang-Senang

Ingin Terus Memiliki Tapi…

0


Berawal dari obrolan pagi yang hangat tepatnya waktu dluha yang bersahaja dengan enam gelas jeruk hangat. Sabtu (24/10), saya yang telah selesai menghadiri acara salah satu UKM tercinta dan empat orang sahabat yang usai berjismu salim (olahraga) bertemu di tempat favorit kami, Humaniora Mandiri dalam ketidaksengajaan. Saya, Aa’ sundanis tampang punk berhati pink, Uni ranah minang, kucing pontianak, Paijo Asli Jogja dan si manis futsal lover berkumpul dan berbincang hal-hal yang sebenarnya sangat membuang waktu, tapi ada yang menarik perhatian saya ketika Aa’ bertanya kepada saya, ‘Sendirian Ka? Mana Induk Semang?’. ‘Pulang ke Tangerang’, jawab saya. Dari pertanyaan itu mulailah kami berbincang tentang arti sendiri, bersama, memiliki dan pada akhirnya kehilangan dan sesekali dibumbui guyonan. “Itu sudah hukum alam”, kata kucing.

Memiliki sahabat adalah anugerah dan bersahabat bukanlah hal yang mudah karena harus ada rasa pengertian dan saling percaya. Ada banyak hal yang berbeda di sela-sela kemiripan. Ada keterpautan. Saling membutuhkan. Bahkan juga ada pertengkaran. Tetapi lepas dari semua itu adalah adanya kesejiwaan. Kesejiwaan yang tak sekedar cocok dan nyaman tapi kesejiwaan dalam prinsip atau bahkan fundamental.

Ada kebersamaan ada pula kesendirian, kehilangan sementara begitulah kami membahasakannya. Kehilangan bukan berarti kehilangan jasad untuk rentang waktu yang lama tetapi kehilangan untuk sementara waktu karena jarak, karena kita punya kepentingan yang tidak memungkinkan untuk terus membersamai atau mungkin karena ada hal-hal lain yang lebih prinsipil. WaAllahua’lam. Mau atau tidak mau, siap atau tidak siap suatu saat pasti rasa kehilangan itu akan menyapa. Semua tergantung bagaimana kita menyikapi agar semua tetap terasa indah, sekalipun datang di waktu yang tidak tepat. Merasai sepi dan sendiri, hal yang kurang disenangi oleh beberapa orang tetapi terkadang kesendirian adalah kado terbaik dan
kehilangan bukan berarti tidak memiliki, hanya saja genggaman itu merenggang tapi masih kita miliki.

Itulah obrolan singkat kami di waktu pagi, tanpa kami sadari tak hanya enam gelas jeruk hangat tetapi makanan yang tersaji di depan kami pun telah berpindah tempat ke perut kami beserta sarapan yang kami pesan. Sebelum bubar dan menuju dunia masing-masing, salah satu dari menutupnya dengan sebuah lagu “dear God –Avenged Sevenfold–“

Dan lebih sempurna lagi dengan doa pengikat hati untuk semua, dimana pun. Semoga dengan doa pengikat hati ini kita tidak akan merasai arti kehilangan.

Doa Rabithah

Sesungguhnya Engkau tahu
Bahwa hati ini tlah berpadu
Berhimpun dalam naungan cintaMu
Bertemu dalam ketaatan
Bersatu dalam perjuangan
Menegakkan syariat dalam kehidupan

Sesungguhnya Engkau tahu
Bahwa hati ini tlah berpadu
Berhimpun dalam naungan cintaMu
Bertemu dalam ketaatan
Bersatu dalam perjuangan
Menegakkan syariat dalam kehidupan

Kuatkanlah ikatannya
Tegakkanlah cintanya
Tunjukilah jalan-jalannya
Terangilah dengan cahyaMu
Yang tiada pernah padam
Ya Robbi bimbinglah kami…

Rapatkanlah dada kami
Dengan karunia iman
Dan indahnya tawakkal padaMu
Hidupkan dengan ma’rifatMu
Matikan dalam syahid di jalanMu
Engkaulah pelindung dan pembela

Rapatkanlah dada kami
Dengan karunia iman
Dan indahnya tawakkal padaMu
Hidupkan dengan ma’rifatMu
Matikan dalam syahid di jalanMu
Engkaulah pelindung dan pembela

Kuatkanlah ikatannya
Tegakkanlah cintanya
Tunjukilah jalan-jalannya
Terangilah dengan cahyaMu
Yang tiada pernah padam

Ya Robbi bimbinglah kami…
Ya Robbi bimbinglah kami…
Ya Robbi bimbinglah kami…

[Doa Rabitah-Izzatul Islam]

“Terimakasih telah membersamaiku untuk memaknai kata kehilangan”

Ditulis di ‘Kandang Beruang’, Kandang Eksekutif Muda H39
24 Oktober 2009

Posting,
Ngawi Bersemangat, 3 November 2009

Leave A Reply

Your email address will not be published.