Melihat Korea dari Sisi Tradisional di Korean Folk Tourism
Bagi teman-teman yang bosan dengan sisi modern Korea dan ingin melihat sisi tradisional dari Korea, tempat ini patut dikunjungi. Namanya adalah Korean Folk Village. Dari Namanya saja sudah kelihatan ya, kalau ini adalah wisata berbau pedesaan (village). Tapi ternyata bukan desa beneran. Korean Folk Village adalah sebuah tempat yang dikonsep supaya kita bisa merasakan suasana jadul korea jaman dahulu sebelum menjadi modern seperti sekarang. Hitung-hitung belajar Sejarah Korea, namun dengan cara yang menyenangkan.
Apa itu Korean Folk Village?
Korean Folk Village (Bahasa Korea: 한국민속촌) bisa dikategorikan sebagai sebuah museum (living museum). Tempat ini pertama kali dibuka pada 3 Oktober 1974 (pembangunan dimulai pada tahun 1973 dan selesai pada tahun 1974). Korean Folk Village sebenarnya adalah tujuan wisata yang cukup populer bagi baik warga Korea sendiri maupun wisatawan asing.
Konsepnya, rumah-rumah asli dari seluruh negeri dibangun kembali di tempat ini untuk menciptakan replika desa dari periode Joseon akhir dengan skala yang sebenarnya. Jadi luas tempat ini hampir sama seperti satu komplek perumahan. Cukup luas untuk membuat kaki gempor menelusuri setiap sudutnya. Bagaimana tidak, replika rumah-rumah disini dibangun seriil dan selengkap mungkin supaya pengunjung memahami bagaimana kehidupan desa Korea pada jaman dahulu. Setiap bangunan diberi keterangan sebagai penjelasannya. Jadi pengunjung akan tahu bagaimana bentuk rumah orang miskin pada jaman dahulu, bagaimana bentuk rumah orang kaya (tuan tanah), bagaimna bentuk rumah kepala desa, sampai dibangun pula replika rumah bangsawan. Lebih dari 260 rumah tradisional yang mengingatkan pada Dinasti Joseon akhir dapat ditemukan di sana.
Daya Tarik
Komplek replika rumah-rumah pedesaan Korea pada jaman dulu yang dijelaskan di atas adalah salah satu daya tarik dari Korean Folk Village. Ada beberapa atraksi dan fasilitas yang bisa pengunjung nikmati antara lain:
Festival Musiman
Ada beberapa fastival dan acara pertunjukana yang berbeda-beda setiap musimnya. Antara bulan Desember hingga Januari diselenggarakan Cold Winter Rural Home Tales, yaitu gambaran aktivitas masyarakat Joseon selama musim dingin yang mengajak pengunjung memancing di kolam es dan berburu hewan. Kemudian antara bulan Februari hingga Maret ada The Play from The Old Days yang berisi tentang nostalgia masa kecil masyarakat Korea Selatan pada tahun 70-an atau 80-an. Para pengunjung akan diajak membuat dalgona (membuat figur dari gula yang meleleh), memanggang ubi atau chestnut di atas kompor tradisional, tinggal di ruang ondol dalam rumah beratap jerami, dan membuat layang-layang tradisional.
Antara bulan Mei hingga Juni ada kegiatan “Welcome to Joseon” yang akan mengajak pengunjung mengenal tokoh-tokoh terkenal pada era Joseon yang sering muncul dalam cerita rakyat Korea Selatan. Antara bulan Juli hingga Agustus ada festival musim panas masyarakat Joseon dengan cara “perang air”. Dan puncaknya antara bulan September hingga November ada “Historical Drama Festival” yang menyuguhkan berbagai pertunjukan dari cerita rakyat atau dongeng pada era Joseon.
Pertunjukan Tradisional
Setidaknya ada 3 pertunjukan tradisional yang ditampilkan setiap harinya, yaitu Pungmul yang menampilkan berbagai tarian dan musik tradisional Korea. Kemudian ada Eolssigu Jeolsiggu atau parade rakyat dengan tarian tradisional dan drama humor dalam cerita rakyat tradisional. Dan terakhir adalah prosesi upacara pernikahan tradisional yang paling diminati pengunjung, khususnya dari mancanegara. Para pemeran mengenakan pakaian pengantin tradisional lengkap dengan riasan, dekorasi pernikahan, hingga prosesi pernikahan yang khidmat sehingga hal ini terlihat sangat nyata.
Workshop Kerajinan Tangan
Di Korean Folk Village, para pengunjung juga dapat mengikuti workshop atau pelatihan kerajinan tangan yang akan mengasah kreativitas. Beberapa pelatihan yang dapat diikuti antara lain: menempa bahan-bahan dari kuningan dan perunggu; pelatihan kerajinan kayu; pelatihan kerajinan tembikar; pelatihan kerajinan bambu; pelatihan pyrografi (menulis di atas kayu atau kertas); pembuatan topeng kayu tradisional; pelatihan dyeing (pewarnaan alami menggunakan warna-warna dari tumbuhan dan alam); pelatihan pembuatan alat musik tradisional seperti danso (seruling bambu pendek) dan bermain mulpiri (seruling air); pembuatan pipa tembakau; dan pembuatan sepatu jerami.
Theme Park
Tempat ini cocok untuk pengunjung yang membawa anak kecil. Supaya tidak bosan, mereka bisa bermain di theme park ini. Ada berbagai macam wahana permainan disini. Ada bombom car, bianglala, perahu naga, dll. Bahkan ada juga rumah hantu yang tentu saja “menampilkan” hantu-hantu tradisional Korea.
Restoran dan Toko Suvenir
Ada beberapa restoran di dalam Korean Folk Village yang menjual berbagai macam masakan tradisional Korea. Ada juga toko suvenir yang sayang kalau dilewatkan
Selain berfungsi sebagai destinasi wisata, Korean Folk Village kadang-kadang juga dipakai sebagai set Drakor dan film khususnya yang bertema kerajaan. Antara lain Jewel in The Palace/Dae Jang Geum (2003-04), The Great Queen Seondeok (2009), Dong Yi (2010), Sunkyunwan Scandal (2010), Moon Embracing The Sun (2013), My Love from the Star (2013), 100 Days My Prince (2018), dan Crowned Clown (2019).
Lokasi dan Tiket Masuk
Lokasi Korean Folk Village terletak di wilayah Yongin, sebuah kota satelit di Kawasan Metropolitan Seoul di Provinsi Gyeonggi di Korea Selatan, bersebelahan dengan kota Suwon. Alamat lengkapnya di 경기도 용인시 기흥구 민속촌로 90 (보라동) (90 Minsokchon-ro, Giheung-gu, Yongin-si, Gyeonggi-do). Tinggal cari saja di Naver Map, pasti ketemu.
Untuk dapat memasuki kompleks Korean Folk Village, para pengunjung akan dikenakan biaya bervariasi sebesar KRW 32.000 (dewasa), KRW 26.000 (anak-anak), dan 22.000 (senior/disabilitas).
Korean Folk Village ini buka sepanjang tahun dan waktu operasionalnya menyesuaikan dengan musim dan cuaca di Korea Selatan, misalnya pada bulan Februari-April (peralihan musim dingin ke musim semi) buka pada pukul 09.30-18.00 (weekdays) dan 09.30-18.30 (weekend).Namun, ketika musim semi dan musim panas, waktu operasional akan lebih panjang 30 menit. Sedangkan pada musim gugur dan musim dingin lebih pendek 30 menit.
Informasi harga tiket dan jam buka mungkin dapat berubah, jadi mending ngecek aja di web resmi Korean Folk Village. Tenang, ada beberapa pilihan bahasa, termasuk Bahasa Inggris.
Baca juga: Pengalaman Keliling Menikmati Demilitarized Zone (DMZ) Korea.