Hotel Kapsul Korea. Worth it?

Sebelumnya, kita sudah pernah mengulas hotel kapsul di Bandung, yaitu Shakti Hotel Kapsul dalam artikel sebelum ini. Kini, mari kita coba bandingkan dengan hotel kapsul di Korea di range harga yang tidak berbeda jauh.

 

Hotel kapsul di Korea yang kebetulan sudah pernah saya coba adalah di kota Daejeon. Nama hotelnya Daejeon Guesthouse Sky Garden yang beralamat di 40, Bomun-ro 230beon-gil, Jung-gu, Daejeon. Saya pesan hotel ini melalui aplikasi Booking.com, dan tujuan utama menginap di sini adalah untuk menyaksikan pertandingan Timnas Korea yang kebetulan dilangsungkan di Stadion Daejeon.

 

Tampilan Luar dan Lokasi

Dari luar, Daejeon Guesthouse Sky Garden tampak seperti hunian apartemen biasa dengan bangunan 4 lantai. Meski tidak ada yang istimewa dari penampilannya, hal ini sejalan dengan harganya yang cukup terjangkau. Nanti kita bahas berapa harganya dan apa fasilitas yang didapatkan.

 

Desain dan Fasilitas

Bangunan hotel ini mengingatkan pada apartemen Korea pada umumnya dengan bata merah yang klasik. Setiap kamar dapat menampung hingga 4 orang dengan tempat tidur berbentuk bunk bed atau ranjang bertingkat. Fasilitas privasi disediakan dalam bentuk tirai untuk ranjang bawah, sementara ranjang atas tetap terbuka. Setiap kamar dilengkapi dengan AC dan kamar mandi yang digunakan bersama. Kebetulan saya datang di Bulan Juni (musim panas) sehingga yang dinyalakan adalah AC. Kalau datang di musim dingin pastilah fasilitas yang dinyalakan adalah penghangat ruangan.

 

Hotel ini juga menyediakan ruang kerja yang dilengkapi dengan kursi, meja, dan colokan listrik. Koneksi Wi-Fi cukup cepat, yang sangat membantu untuk kebutuhan komunikasi dan pekerjaan. Setiap pengunjung juga mendapatkan handuk dan peralatan mandi.

 

Saya sengaja bertanya kepada pengelola hotel, apakah ada ruang kerja yang bisa digunakan, karena sore hari menjelang pertandingan sebenarnya suami masih ada Ujian Akhir Semester yang untungnya online. Suami sedang ada UAS tapi malah jalan-jalan, mohon jangan ditiru, hehe.

 

Ruang makan terletak di lantai paling bawah dan agak terpisah dari bangunan utama, memberikan suasana yang nyaman untuk bersantap.

 

Kebersihan dan Kenyamanan

Seperti kebanyakan lokasi di Korea, kebersihan di Daejeon Guesthouse Sky Garden sangat terjaga. Kenyamanan yang ditawarkan cocok bagi mereka yang bepergian sendirian atau mencari tempat menginap yang praktis dan fungsional.

 

Harga

Harga menginap per malam di Daejeon Guesthouse Sky Garden adalah 20,000 won atau sekitar 200.000 rupiah. Mengingat mahalnya harga-harga di Korea, harga ini tergolong sangat terjangkau. Sebagai perbandingan, hotel kapsul di Bandung memiliki harga termurah sekitar 150.000 rupiah per malam.

 

Kesimpulan

Daejeon Guesthouse Sky Garden adalah pilihan yang baik bagi traveler dengan anggaran terbatas yang mencari akomodasi sederhana namun fungsional di Daejeon. Dengan kebersihan yang terjaga dan fasilitas yang cukup memadai, hotel ini layak dipertimbangkan bagi siapa saja yang berkunjung ke area ini.

Bertemu Harry Potter di 943 King’s Cross Hongdae

Ketika wisatawan berkunjung ke Korea, salah satu wishlist yang hampir pasti ada adalah mengunjungi kawasan Hongdae. Lokasi ini terkenal dengan banyaknya tempat hang out untuk anak-anak muda, dan tempat-tempat berbelanja. Nah, di Hongdae sebuah kafe yang wajib dikunjungi, bernama 943 King’s Cross. Tempat ini adalah kafe bertema Harry Potter yang memancarkan suasana misterius di dalamnya.

 

Lokasi dan Jam Buka

Lokasi lengkapnya di alamat: 서울특별시 마포구 양화로 16길 24, 지1, 1~4층(서교동 성화빌딩) 24 Yanghwaro16-gil, Mapo-gu, Seoul. Pokoknya disini, ketik saja di Naver yak, haha. Bukanya mulai pukul 10:00 AM (kecuali weekday pukul 11:30 AM), dan tutup pukul 21:30 PM, last order pukul 21:00 PM.

 

Keunikan 943 King’s Cross Cafe

Ya tentu saja karena temanya Harry Potter banget dan memang seniat itu. Bangunan cafe terdiri dari 4 lantai, dan di setiap lantai ada tema-tema tersendiri. DI setiap lantai ada spot-spot foto yang bisa digunakan sebagai latar belakang. Bahkan di lantai 4, kamu bisa meminjam jubah Harry Potter sebagai properti untuk berfoto. Nggak hanya suasana kafe-nya, menu makanan dan minuman pun disediakan dengan tema Harry Potter, termasuk menu Butter Beer yang terkenal. Tapi sayang, kalau Butter Beer disini beneran ber-alkohol. Padahal kalau tidak salah, pernah baca kalau Butter Beer di Harry Potter sebenarnya tidak mengandung alkohol, karena mereka (Harry Potter dkk.) diceritakan masih di bawah umur.

 

Nggak hanya di dalam cafe, di luar cafe ada spot foto wajib bagi kalian. Di spot foto ini didesain pura-pura sebagai tempat parkir kendaraan sapu terbang milik pengunjung. Pengunjung bisa berfoto dengan pura-pura menaiki sapu terbang yang disediakan. Tapi siap-siap ngantri ya, karena kalau lagi rame, akan panjang banget antriannya.

 

Tema-tema di setiap lantainya

 

Sebenarnya, bangunan café ini total memiliki 7 lantai (termasuk basement). Tapi lantai 5 dan 6 pengunjung dilarang masuk. Mungkin semacam ruangan untuk manajemen café kayaknya. Uniknya, di poster informasi ditulis seolah-olah hanya penyihir yang boleh memasukinya, ora biasa (muggle) dilarang masuk.

 

  • Lantai 1: Lobby

Lobby sekaligus kasir tempat memesan makanan dan minuman. Di lantai ini juga tersedia souvenir bertema Harry Potter yang bisa kalian beli. Menu-nya tersedia dalam bahasa inggris dan korea. Saya memesan salah satu signature menu-nya: Wizard Chocolate, coklat panas dengan topping coklat berbentuk topi penyihir, harganya 11,800 won. Lumayan untuk sekadar coklat panas, hehe.

  • Lantai B1: Cabin Penyihir

Lokasinya dari Lobby turun lewat tangga ke basement. Di lantai ini didesain seperti bar. Dekorasinya mirip seperti bar tempat Harry Potter dan teman-temannya minum Butterbeer.

  • Lantai 2: Cafe Penyihir

Lantai 2 ini beneran didekorasi seperti cafe. Cukup estetik dan tidak terlalu banyak ornamen-ornamen “menyeramkan” khas penyihir.

  • Lantai 3: Ruang Makan Bersama (Aula Perjamuan)

Di lantai ini didekorasi menyerupai ruang makan bersama para penyihir di Hogwarts. Ada meja panjang dengan bangku panjang pula di sampingnya.

  • Lantai 4: Asrama

Di ruangan ini didesain menyerupai ruang asrama Hogwarts. Di lantai inilah kalian bisa meminjam jubah penyihir beserta syal-nya, lengkap, ada Gryffindor, Slytherin, Hufflepuff, dan Ravenclaw. Tapi tolong tahu diri ya, kalau banyak yang antri, jangan lama-lama make jubahnya, hehe. Di lantai 4 ini juga ada photo booth, yang bisa mencetak foto kalian, tapi berbayar. Harganya standar lah seperti lokasi photo booth biasa yang banyak tersebar di Korea.

 

Jadi, buat kamu pecinta Harryy Potter atau yang hanya fomo, wajib banget mampir kesini. Makanan dan minumannya bukan daya tarik utama, tapi tema kafenya. Pesen sedikit saja dan banyakin foto-foto, hehe.

Peta Lengkap Restoran Halal di Korea

Peta Restoran Halal di Korea

Peta lengkap seluruh restoran hahal di korea ini berupa sebuah QR code yang ketika kalian scan, akan diarahkan menuju aplikasi google maps yang sudah ditandai lokasi-lokasi mana yang muslim friendly. Saya dapat kode QR code ini pada sebuah kartu mirip kartu nama yang diberikan oleh seseorang di depan Masjid Itaewon ketika selesai sholat jumat.

Peta Restoran Halal di Korea

Saya sudah lupa di mana saya menaruh kartu yang berisi QR code tersebut, tapi untungnya saya sudah sempat memfotonya. Dan kali ini akan saya bagikan kepada Teman-Teman semua.

Peta Restoran Halal di Korea

Nama perusahaan yang berbaik hati telah mendata restoran halal di google maps ini, kalau berdasarkan kartu tersebut adalah icucompany.com. Kalau saya coba buka web-nya, ternyata icucompany.com adalah sebuah website yang memang khusus membantu kita untuk mudah menemukan “halal things” di Korea, namanya adalah Korehalal Trip. Di website ini kalian bisa menemukan restoran halal, toko yang menjual produk halal, dan juga tempat sholat di Korea. Selain itu mereka juga menyediakan paket tour yang tentu saja Muslim Friendly.

Peta Restoran Halal di Korea

Cara Menggunakan

Cara menggunakan link ini sangat gampang, kalian tinggal scan QR code-nya, dan nanti akan diarahkan ke aplikasi google maps. Nah, di aplikasi google maps tersebut, sudah ada semacam icon-icon yang menunjukkan lokasi restoran halal di seluruh Korea. Kalian tinggal lihat, icon mana yang berlokasi paling dekat dengan posisi kalian sekarang.

Peta Restoran Halal di Korea

Cara kedua, kalian bisa langsung menuju website icucompany.com. Pada tampilan awal website langsung klik saja “Find Restaurant and Masjid”, dan kalian akan diarahkan menuju link google maps yang sama.

Peta Restoran Halal di Korea

Pada tampilan di google maps, ada beberapa macam icon yang berbeda, yang bertujuan agar kita mudah mencari dan mengklasifikasikan apa yang mau kita cari. Contohnya icon berwarna hijau gelap adalah restoran halal, icon warna hijau muda adalah restoran yang tidak ada label halal tapi menyediakan menu halal, icon yang berwarna biru muda adalah restoran seafood,

warna hitam adalah lokasi masjid dan mushola, dan masih ada beberapa icon lagi dengan deskripsi yang berbeda. Untuk memunculkan keterangan icon ini, pada tampilan awal google maps klik saja di bagian bawah: view map legend. 

Peta Restoran Halal di Korea

Peta Restoran Halal Korea

Kalau saya, setelah saya memutuskan akan menuju restoran mana, biasanya restoran tersebut akan saya cari lagi lokasi tepatnya di Naver Map. Setelah ketemu lokasinya di Naver Map, baru saya ikuti petunjuk dari Naver, bagaimana cara menuju restoran tersebut. Soalnya, kalau langsung menggunakan google maps, kadang tidak akurat.

 

Baca juga: Yeongheung Arboretum, Memasuki Kesejukan Alam di Tengah Kota Suwon.

Bangunan-Bangunan yang Menjadi Saksi Sejarah Demokrasi Korea

Bangunan Sejarah Demokrasi Korea

Bangunan Sejarah Demokrasi Korea

Kali ini saya berkesempatan untuk mengunjungi Korea Democracy Foundation (KDF), yang beralamat di 132 Naesonsunhwan-ro, Uiwang-si, Gyeonggi-do. KDF adalah organisasi nirlaba yang berafiliasi dengan Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korea Selatan (MOIS). Tujuannya adalah untuk menetapkan sejarah yang benar, menghormati semangat mereka yang berkomitmen pada negara, dan meneruskan pengalaman yang tak ternilai dari gerakan pro-demokrasi kepada generasi mendatang.

Bangunan Sejarah Demokrasi Korea

Di dalam Gedung KDF, ada sebuah ruangan yang cukup luas yang disebut Open Archive. Ruangan luas ini menyerupai perpustakaan besar, memuat berbagai artefak yang menjadi saksi proses demokrasi Korea. Mulai dari buku dan catatan harian demonstran, spanduk, potongan kayu, foto bahkan barang-barang bersejarah seperti meja belajar dan gitar yang konon dulunya dipakai oleh mahasiswa yang tewas dalam demonstrasi. Ruang arsip ini mengandung lebih dari 800.000 buah benda bersejarah.

Bangunan Sejarah Demokrasi Korea

Bangunan Bersejarah di Seoul

Setelah menjelajahi fasilitas di Gedung KDF, kami berkesempatan untuk mengunjungi beberapa bangunan bersejarah di Seoul yang memainkan peran penting dalam proses demokrasi Korea. Bangunan-bangunan ini menjadi saksi beberapa peristiwa penting di masa lalu.

 

Katedral Katolik Seoul

Juga dikenal sebagai Katedral Myeongdong. Katedral ini memiliki hubungan dekat dengan beberapa pemberontakan dan gerakan penting dalam sejarah modern Korea. Misalnya, selama Gerakan 1 Maret (1919), katedral ini memainkan peran sentral ketika aktivis kemerdekaan Korea berkumpul untuk membaca Deklarasi Kemerdekaan Korea, menandai momen penting dalam gerakan kemerdekaan Korea.

Bangunan Sejarah Demokrasi Korea

Kenapa mereka memilih untuk berkumpul di Katedral? Karena pada waktu itu rumah ibadah adalah salah satu lokasi yang tidak bisa diintervensi oleh Polisi dan Tentara. Aparat tersebut tidak diperkenankan masuk tanpa ijin ke dalam area rumah ibadah.

Bangunan Sejarah Demokrasi Korea

Bekas Pusat Kebudayaan Amerika

Awalnya dibangun sebagai markas besar YMCA Korea (NGO yang bergerak di bidang sosial dan kemanuasiaan) pada tahun 1928. Setelah Perang Korea bangunan ini berfungsi sebagai Pusat Kebudayaan United States Information Service (USIS). Bangunan ini menjadi salah satu bangunan bersejarah karena pada tahun 1980-an, dengan aktivis pro-demokrasi mahasiswa menduduki bangunan ini sebagai bentuk protes. Bahkan bekas-bekas tembakan peluru aparat pada dinding bangunan masih bisa kita lihat sampai sekarang.

 

Yangijae Gyeongungung

Bangunan ini merupakan salah satu istana kerajaan yang didirikan pada tahun 1905. Istana kerajaan ini sekarang berfungsi sebagai kantor Gereja Anglikan Seoul di Korea. Mungkin secara langsung kaitan dengan proses demokrasi korea tidak terlalu signifikan. Tapi tempat ini dijadikan salah satu tempat berkumpul aktivis pro-demokrasi pada masa lalu. Aparat tidak terlalu mengusik tempat ini karena mungkin lokasinya yang bersebelahan dengan Kedutaan Besar Inggris.

 

Sebenarnya masih banyak tempat bersejarah lain yang bisa kita kunjungi. Bukan hanya di Seoul tapi juga di kota lain, salah satunya yang terkenal adalah di Kota Gwangju. Satu hal yang bisa kita pelajari adalah Korea tidak secara instan menjadi negara maju seperti yang bisa kita saksikan saat ini. Mereka pun pernah mengalami masa-masa sulit karena perang, pemerintahan militer yang otoriter dan konflik internal lain. Tanggal kemerdekaan Korea dengan Indonesia pun sebenarnya hanya selisih 2 hari saja. Korea merdeka pada tanggal 15 Agustus 1945 dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945.

 

Baca juga: Ke Seoul? Jangan Lupa Mampir ke Starfield Library.

Melihat Korea dari Sisi Tradisional di Korean Folk Tourism

Korean Folk Village

Bagi teman-teman yang bosan dengan sisi modern Korea dan ingin melihat sisi tradisional dari Korea, tempat ini patut dikunjungi. Namanya adalah Korean Folk Village. Dari Namanya saja sudah kelihatan ya, kalau ini adalah wisata berbau pedesaan (village). Tapi ternyata bukan desa beneran. Korean Folk Village adalah sebuah tempat yang dikonsep supaya kita bisa merasakan suasana jadul korea jaman dahulu sebelum menjadi modern seperti sekarang. Hitung-hitung belajar Sejarah Korea, namun dengan cara yang menyenangkan.

Korean Folk Village

Apa itu Korean Folk Village?

Korean Folk Village (Bahasa Korea: 한국민속촌) bisa dikategorikan sebagai sebuah museum (living museum). Tempat ini pertama kali dibuka pada 3 Oktober 1974 (pembangunan dimulai pada tahun 1973 dan selesai pada tahun 1974). Korean Folk Village sebenarnya adalah tujuan wisata yang cukup populer bagi baik warga Korea sendiri maupun wisatawan asing.

Korean Folk Village

Konsepnya, rumah-rumah asli dari seluruh negeri dibangun kembali di tempat ini untuk menciptakan replika desa dari periode Joseon akhir dengan skala yang sebenarnya. Jadi luas tempat ini hampir sama seperti satu komplek perumahan. Cukup luas untuk membuat kaki gempor menelusuri setiap sudutnya. Bagaimana tidak, replika rumah-rumah disini dibangun seriil dan selengkap mungkin supaya pengunjung memahami bagaimana kehidupan desa Korea pada jaman dahulu. Setiap bangunan diberi keterangan sebagai penjelasannya. Jadi pengunjung akan tahu bagaimana bentuk rumah orang miskin pada jaman dahulu, bagaimana bentuk rumah orang kaya (tuan tanah), bagaimna  bentuk rumah kepala desa, sampai dibangun pula replika rumah bangsawan. Lebih dari 260 rumah tradisional yang mengingatkan pada Dinasti Joseon akhir dapat ditemukan di sana.

 

Daya Tarik

Komplek replika rumah-rumah pedesaan Korea pada jaman dulu yang dijelaskan di atas adalah salah satu daya tarik dari Korean Folk Village. Ada beberapa atraksi dan fasilitas yang bisa pengunjung nikmati antara lain:

Festival Musiman

Korean Folk Village

Ada beberapa fastival dan acara pertunjukana yang berbeda-beda setiap musimnya. Antara bulan Desember hingga Januari diselenggarakan Cold Winter Rural Home Tales, yaitu gambaran aktivitas masyarakat Joseon selama musim dingin yang mengajak pengunjung memancing di kolam es dan berburu hewan. Kemudian antara bulan Februari hingga Maret ada The Play from The Old Days yang berisi tentang nostalgia masa kecil masyarakat Korea Selatan pada tahun 70-an atau 80-an. Para pengunjung akan diajak membuat dalgona (membuat figur dari gula yang meleleh), memanggang ubi atau chestnut di atas kompor tradisional, tinggal di ruang ondol dalam rumah beratap jerami, dan membuat layang-layang tradisional.

Korean Folk Village

Antara bulan Mei hingga Juni ada kegiatan “Welcome to Joseon” yang akan mengajak pengunjung mengenal tokoh-tokoh terkenal pada era Joseon yang sering muncul dalam cerita rakyat Korea Selatan. Antara bulan Juli hingga Agustus ada festival musim panas masyarakat Joseon dengan cara “perang air”. Dan puncaknya antara bulan September hingga November ada “Historical Drama Festival” yang menyuguhkan berbagai pertunjukan dari cerita rakyat atau dongeng pada era Joseon.

Korean Folk Village

Pertunjukan Tradisional

Setidaknya ada 3 pertunjukan tradisional yang ditampilkan setiap harinya, yaitu Pungmul yang menampilkan berbagai tarian dan musik tradisional Korea. Kemudian ada Eolssigu Jeolsiggu atau parade rakyat dengan tarian tradisional dan drama humor dalam cerita rakyat tradisional. Dan terakhir adalah prosesi upacara pernikahan tradisional yang paling diminati pengunjung, khususnya dari mancanegara. Para pemeran mengenakan pakaian pengantin tradisional lengkap dengan riasan, dekorasi pernikahan, hingga prosesi pernikahan yang khidmat sehingga hal ini terlihat sangat nyata.

Workshop Kerajinan Tangan

Di Korean Folk Village, para pengunjung juga dapat mengikuti workshop atau pelatihan kerajinan tangan yang akan mengasah kreativitas. Beberapa pelatihan yang dapat diikuti antara lain: menempa bahan-bahan dari kuningan dan perunggu; pelatihan kerajinan kayu; pelatihan kerajinan tembikar; pelatihan kerajinan bambu; pelatihan pyrografi (menulis di atas kayu atau kertas); pembuatan topeng kayu tradisional; pelatihan dyeing (pewarnaan alami menggunakan warna-warna dari tumbuhan dan alam); pelatihan pembuatan alat musik tradisional seperti danso (seruling bambu pendek) dan bermain mulpiri (seruling air); pembuatan pipa tembakau; dan pembuatan sepatu jerami.

Theme Park

Tempat ini cocok untuk pengunjung yang membawa anak kecil. Supaya tidak bosan, mereka bisa bermain di theme park ini. Ada berbagai macam wahana permainan disini. Ada bombom car, bianglala, perahu naga, dll. Bahkan ada juga rumah hantu yang tentu saja “menampilkan” hantu-hantu tradisional Korea.

Restoran dan Toko Suvenir

Ada beberapa restoran di dalam Korean Folk Village yang menjual berbagai macam masakan tradisional Korea. Ada juga toko suvenir yang sayang kalau dilewatkan

 

Selain berfungsi sebagai destinasi wisata, Korean Folk Village kadang-kadang juga dipakai sebagai set Drakor dan film khususnya yang bertema kerajaan. Antara lain Jewel in The Palace/Dae Jang Geum (2003-04), The Great Queen Seondeok (2009), Dong Yi (2010), Sunkyunwan Scandal (2010), Moon Embracing The Sun (2013), My Love from the Star (2013), 100 Days My Prince (2018), dan Crowned Clown (2019).

 

Lokasi dan Tiket Masuk

Lokasi Korean Folk Village terletak di wilayah Yongin, sebuah kota satelit di Kawasan Metropolitan Seoul di Provinsi Gyeonggi di Korea Selatan, bersebelahan dengan kota Suwon. Alamat lengkapnya di 경기도 용인시 기흥구 민속촌로 90 (보라동) (90 Minsokchon-ro, Giheung-gu, Yongin-si, Gyeonggi-do). Tinggal cari saja di Naver Map, pasti ketemu.

 

Untuk dapat memasuki kompleks Korean Folk Village, para pengunjung akan dikenakan biaya bervariasi sebesar KRW 32.000 (dewasa), KRW 26.000 (anak-anak), dan 22.000 (senior/disabilitas).

 

Korean Folk Village ini buka sepanjang tahun dan waktu operasionalnya menyesuaikan dengan musim dan cuaca di Korea Selatan, misalnya pada bulan Februari-April (peralihan musim dingin ke musim semi) buka pada pukul 09.30-18.00 (weekdays) dan 09.30-18.30 (weekend).Namun, ketika musim semi dan musim panas, waktu operasional akan lebih panjang 30 menit. Sedangkan pada musim gugur dan musim dingin lebih pendek 30 menit.

 

Informasi harga tiket dan jam buka mungkin dapat berubah, jadi mending ngecek aja di web resmi Korean Folk Village. Tenang, ada beberapa pilihan bahasa, termasuk Bahasa Inggris.

 

Baca juga: Pengalaman Keliling Menikmati Demilitarized Zone (DMZ) Korea.

Pengalaman Keliling Demilitarized Zone (DMZ)

DMZ

DMZ adalah sesuatu yang baru dan unik karena tidak banyak tempat dengan status DMZ (Demilitarized Zone). Area DMZ di Korea bukanlah satu-satunya di dunia, tapi merupakan salah satu yang paling terkenal dan dijaga ketat. Selain itu, di Korea Selatan, area DMZ telah menjadi salah satu objek wisata paling populer, terutama bagi turis asing. Mereka ingin melihat Korea Utara, salah satu negara yang paling terisolasi di dunia, dari area DMZ.

DMZ

Sebenarnya, ada DMZ lain di berbagai bagian dunia, tapi tidak sepopuler DMZ. Misalnya, ada DMZ di Siprus yang disebut sebagai the United Nations Buffer Zone atau the Green Line, yang memisahkan bagian utara Siprus yang dikuasai oleh Turki dari bagian selatan yang dikuasai oleh Yunani. DMZ ini didirikan pada tahun 1964 dan dipantau oleh PBB. Contoh lainnya adalah the Western Sahara Berm, sebuah dinding pasir yang diperkuat yang berfungsi sebagai DMZ de facto antara Maroko dan Republik Arab Sahrawi Demokratik. Dibangun pada tahun 1980-an dan memisahkan wilayah yang dikuasai oleh Maroko dari wilayah yang dikuasai oleh Sahrawi.

 

Tempat Menarik di DMZ

Ada banyak tempat menarik di DMZ, tapi karena keterbatasan waktu, kami hanya bisa mengunjungi beberapa di antaranya, seperti:

 

Taman Imjingak, Paju

Imjingak Park adalah taman yang terletak di Paju, Provinsi Gyeonggi, sekitar 7 kilometer barat daya dari Zona Demiliterisasi (DMZ) Korea. Berfungsi sebagai simbol harapan untuk rekonsiliasi kedua Korea. Taman ini adalah tujuan wisata populer, menawarkan pengunjung sekilas tentang sejarah dan ketegangan Semenanjung Korea. Tempat ini adalah lokasi terjauh yang bisa dicapai oleh peradaban tanpa pemeriksaan dari militer.

DMZ

Taman Imjingak didirikan pada tahun 1972 sebagai penanda bagi mereka yang terpisah dari keluarga mereka selama Perang Korea dan tidak bisa kembali ke kampung halaman mereka di Korea Utara. Taman ini dinamai dari Sungai Imjin yang berdekatan, yang mengalir dari Korea Utara ke Korea Selatan.

DMZ

Di dalam taman ini, pengunjung dapat menjelajahi berbagai atraksi dan monumen. Salah satu yang paling terlihat adalah Lonceng Perdamaian Imjingak, sebuah lonceng perunggu besar yang melambangkan perdamaian dan persatuan. Ada pula Deck observasi yang memberikan pemandangan panoramik dari DMZ dan ada Jembatan Kebebasan (Freedom Bridge) yang digunakan untuk pertukaran tawanan selama Perang Korea.

 

Taman ini memiliki beberapa tugu dan pameran lainnya, termasuk Tembok Harapan, di mana pengunjung dapat meninggalkan pesan dan harapan untuk rekonsiliasi. Altar Mangbaedan, situs simbolis di mana orang menawarkan doa bagi leluhur mereka dari Korea Utara. Selain itu, ada patung, patung, dan artefak sejarah terkait Perang Korea dan pembagian dua Korea.

 

Kereta Gantung (Gondola) dan Observatorium Sungai Imjin

Lokasinya masih di Imjingak Park. Selesai pada tahun 2020, Gondola Perdamaian Imjingak Paju menawarkan pandangan udara dari DMZ sambil membawa penumpangnya melintasi Sungai Imjin. Setelah turun dari gondola dan berjalan sekitar 300 meter, kalian akan melihat observatorium yang menghadap Sungai Imjin. Observatorium memberikan pandangan panoramik dari Zona Demiliterisasi.

 

Terowongan Ketiga (3rd Tunnel)

DMZ

Terowongan Infiltrasi Ketiga atau Terowongan 3 adalah salah satu dari empat terowongan yang diketahui digali di bawah perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan, yang membentang di selatan Panmunjom. Terowongan yang tidak selesai ini ditemukan pada Oktober 1978 setelah deteksi ledakan bawah tanah pada Juni 1978.

DMZ

Terowongan ini sekarang menjadi situs wisata, meskipun masih dijaga ketat. Pengunjung dapat memasuki terowongan dengan berjalan menuruni lereng curam yang panjang. Fotografi dilarang dalam terowongan. Pihak Korea Selatan telah memblokir Garis Demarkasi Militer yang sebenarnya dalam terowongan dengan tiga barikade beton. Wisatawan dapat berjalan sejauh barikade ketiga, dan barikade kedua terlihat melalui jendela kecil di barikade ketiga.

 

Observatorium Dora

Observatorium Dora berada di sisi Korea Selatan dari garis imajiner paralel 38. Observatorium ini terletak di puncak Dorasan (Gunung Dora) di Paju dan memberikan pemandangan indah melintasi Zona Demiliterisasi. Pengunjung dapat melihat wilayah Korea Utara melalui teropong. Mereka dapat melihat “desa propaganda” Korea Utara di DMZ dan kota Kaesong. Observatorium ini dekat dengan Terowongan Infiltrasi Utara Ketiga yang digali oleh Korea Utara ke Selatan. Stasiun Dorasan, juga dekat, dirancang untuk menjadi stasiun yang menghubungkan rel kereta api Selatan dan Utara suatu hari nanti di masa depan.

 

Reunifikasi?

Saya merasa tidak berhak mencampuri urusan antara kedua negara tersebut. Tapi kalau sebatas opini setelah mengunjungi DMZ adalah, bahwa Korea Selatan siap untuk reunifikasi karena kita dapat melihat beberapa fasilitas yang telah disiapkan untuk reunifikasi kapan pun itu terjadi. Beberapa contohnya antara lain:

 

Daerah Keamanan Bersama Panmunjom (Panmunjom Joint Security Area (JSA))

Terletak di dalam DMZ. Sayangnya, kami tidak sempat mengunjungi tempat ini saat itu. JSA adalah satu-satunya bagian dari DMZ di mana pasukan Korea Utara dan Korea Selatan berdiri berhadapan. Mungkin tempat ini foto-fotonya sudah sering terlihat di internet.

 

Ini merupakan simbol penting dari pembagian wilayah berdaulat antara kedua Korea tetapi juga berfungsi sebagai tempat untuk pembicaraan dan negosiasi antara Korea Utara dan Selatan.

 

Stasiun Dorasan

Stasiun Dorasan adalah stasiun kereta api yang dibangun untuk menghubungkan jalur kereta api Korea Utara dan Korea Selatan. Meskipun hubungan kereta api belum sepenuhnya terwujud, Stasiun Dorasan melambangkan harapan untuk reunifikasi dan potensi integrasi transportasi dan ekonomi antara Korea Utara dan Korea Selatan.

 

Jejak Perdamaian (Peace Trails)

Korea Selatan telah mengembangkan beberapa peace trails dan dek observasi sepanjang DMZ. Jejak-jejak ini memungkinkan pengunjung untuk menjelajahi keindahan alam sambil belajar tentang sejarah dan pentingnya DMZ. Tempat ini juga berfungsi sebagai simbol perdamaian dan rekonsiliasi.

 

Desa Pemersatu (Unification Village)

Desa Persatuan (Daeseong-dong) adalah desa kecil yang dihuni oleh penduduk dan petani Korea Selatan. Desa ini mewakili keinginan untuk reunifikasi, karena didirikan untuk menunjukkan bahwa orang dapat hidup dan berkembang di daerah perbatasan yang rawan. Selain itu, desa ini merupakan simbol harapan karena salah satu alasan orang tinggal di desa ini dengan sukarela adalah karena memiliki anggota keluarga yang terpisah di Korea Utara. Mereka ingin menjadi orang pertama yang bertemu dan mendekap kerabat mereka ketika reunifikasi terjadi suatu hari nanti.

 

Fasilitas dan inisiatif-inisiatif ini nampaknya menunjukkan komitmen Korea Selatan terhadap perdamaian, dialog, dan upaya potensi reunifikasi.

 

Baca juga: Menikmati The Garden of Morningcalm Saat Musim Dingin.