Sensasi [Pasca] OD
OD, bukan over dosis lho melainkan itu adalah istilah yang digunakan oleh dokter gigi saya di detik-detik menjelang operasi pengangkatan gigi bungsu saya yang melintang. Sayangnya, setelah ‘ritual’ itu selesai, saya lupa untuk bertanya apa OD itu dalam dunia kedokteran gigi karena saya telah teralihkan oleh rasa takut apa yang akan saya rasakan jika bius itu telah habis.
…
Flashback: aku dan ‘bungsu’
Saya masih teringat saat tengah malam saya menangis dalam keadaan tidur, bahkan setelah bangun saya justru merasakan sakit yang luar biasa di bagian gigi geraham paling belakang sebelah kanan hampir berdekatan dengan telinga. Saat itu saya menangis di depan teman-teman kos lantai tiga yang ada di depan saya, bisa dibilang saat itu saya lupa dengan umur saya (hahaha…). Karena ‘ulah bungsu’ saat tengah malam itu, saya bisa merasakan The Amazing of Cengtri seperti dalam film 3idiots menuju kediaman sekaligus tempat praktek my fairy tooth di Kawasan Malioboro dekat Hotel Melia Purosani. Ya, malam itu saya diaba-aba untuk segera menjalani OD karena jika ‘bungsu’ tak segera diangkat maka saya harus rela merasakan sakit jika ‘bungsu’ ‘berulah’ lagi. Rasa sakit itu tidak bisa diprediksi kapan akan menyerang lagi. Jika sudah menyerang, saya akan susah membuka mulut dan merasakan sakit kepala yang amat sangat. Meskipun ada obatnya tetapi jika terus-terusan mengandalkan obat dampaknya juga akan kurang sehat. Apalagi jika ditunda terlalu lama dan mendapati ‘bungsu’ telah berlubang, rasanya akan semakin sulit saja nantinya. Tak perlu menunggu lama, siangnya, saya pun dianjurkan untuk rontgent merekam jejak ‘bungsu’ yang ternyata posisinya melintang alias tertidur.
…
Saat OD: seperti melahirkan
Jujur saja, saya sebenarnya belum tahu bagaimana proses dan rasanya melahirkan tetapi pasca OD hari Senin (28/3) rasanya plong seperti seorang ibu yang selesai melahirkan melalui operasi cesar. Betapa tidak, saat itu hanya menggunakan bius blok untuk mematikan rasa untuk sementara. Semua proses dapat dilihat dan dinikmati, mulai dari pisau yang membedah gusi, proses pengangkatan hingga penjahitan. Saat ‘bungsu’ diangkat saya pun melihatnya, saat ia dikeluarkan dari persembunyiannya lalu dikeluarkan dari mulut saya dan diletakkan di selembar tissu putih. Melihat bahwa saya telah berpisah dengan ‘bungsu’ sebenarnya ada rasa sedih dalam benak saya tetapi di sisi lain saya merasa lega sesaat setelah OD.
…
Pasca OD: terasa sensasinya
Tak seperti cabut gigi biasa, setelah ‘bungsu’ diangkat dampaknya baru terlihat: bengkak, demam, susah buka mulut, susah makan dan susah bicara, tentunya sakit dan nyeri karena luka dan jahitan. Dari semua dampak yang bermunculan saya susah sekali menahan sakit dan keinginan untuk makan bahkan saya memanfaatkan buku ide redaksi Mini Magz untuk menulis makanan-makanan yang ingin saya makan (bersama teman-teman redaksi Mini Magz…hehehe…) dan di hari kelima pasca OD alhamdulillah saya bisa membuka mulut, bicara, sedikit lancar mengunyah meskipun belum say goodbye pada rasa sakit dan nyeri. Pasca OD juga memberi saya kesempatan ekstra untuk istirahat sejenak di rumah walaupun harus benar-benar rela meninggalan banyak tugas dan kewajiban. Saya harus senang karena hati yang senang adalah obat ^^ serta perhatian dari sahabat-sahabat saya atas saran-sarannya, terimakasih ^^
Saya hanya bisa berharap semoga setelah dilepas jahitannya akan sembuh total dan rasa sakit pasca OD selama beberapa hari ini akan terganti dengan sehat seterusnya. Bisa tersenyum, beraktivitas dan menikmati romansa diantara tumpukan tugas dan kewajiban-kewajiban yang lain ^^
Ya, inilah romantisme saya bersama ‘bungsu’ dan hal-hal konyol yang telah terjadi di antara kami. Meskipun sakit, saya menikmatinya.
…
*Sedikit saran dari saya, rutinlah memeriksakan gigi kalian ke dokter gigi. Itu sangat bermanfaat sekali. Sejak saya memutuskan untuk ‘berpagar ayu’ saya berkewajiban mengunjungi dokter gigi setiap dua minggu sekali dan itu sangat bermanfaat karena saya bisa bertanya tentang banyak hal seputar kesehatan gigi.